Selasa, 02 April 2013

Konflik


KONFLIK
A. Konsep Konflik
Konflik merupakan hubungan pertentangan antara dua pihak atau lebih yang merasa memiliki sasaran-sasaran tertentu namun diliputi dengan pemikiran, perasaan atau perbuatan yang tidak sejalan. Setiap konflik memiliki beberapa unsur tersendiri, antara lain:
1.      Melibatkan dua pihak atau lebih yang saling berinteraksi,
2.      Ada tujuan yang menjadi sasaran konflik dan sekaligus sebagai sumber dari adanya konflik,
3.      Ada perbedaan pikiran, perasaan, dan tindakan di antara pihak-pihak yang terlibat untuk mendapatkan atau mencapai tujuan/sasaran, dan
4.      Ada situasi konflik antara dua pihak yang bertentangan baik situasi antar pribadi maupun antar kelompok.
Konflik memiliki beberapa sumber yang dipusatkan pada faktor hubungan antar individu maupun antar kelompok, antara lain:
1.      Dilema sosial, adalah suatu permasalahan dimana antara dua orang yang saling bermusuhan itu tidak mau berdamai, meskipun keduanya itu sama-sama menderita kerugian atas permasalahan yang terjadi di antara mereka berdua. Artinya, mereka berdua yang saling bermusuhan tersebut merasa bahwa harga dirinya akan jatuh saat mereka harus mengalah ataupun berdamai. Untuk mengurangi kemungkinan akan terjadinya dampak negatif dari dilema sosial, maka dapat dilakukan beberapa cara, antara lain:
a)      Pembuatan aturan, dalam hal ini aturan yang diperbuat harus disepakati bersama oleh semua pihak, agar nantinya dapat diperoleh hasil yang maksimal.
b)      Kecil itu indah, maksudnya kelompok kecil lebih efektif dan lebih bertanggungjawab, mempunyai rasa terikat pada kelompok, serta masing-masing anggotanya cenderung tidak akan mengambil lebih dari apa yang diperlukan.
c)      Komunikasi, artinya komunikasi harus berjalan efektif agar dalam pembuatan peraturan yang disepakati itu dapat ditaati bersama, kegiatan komunikasi dapat mengurangi rasa saling tidak percaya dan dapat meningkatkan kerjasama.
d)      Pembalikan manfaat, artinya untuk mencegah terjadinya pelanggaran atas aturan yang telah disepakati bersama, maka perlu dilakukan pembalikan manfaat, yang tadinya menguntungkan dibuat tidak menguntungkan dan sebaliknya.
2.      Tragedi alun-alun, alun-alun disini merupakan sebuah istilah yang mengambarkan sebuah tempat seperti halnya sebuah alun-alun yang seharusnya menjadi tempat bersama dan dapat dimanfaatkan secara bersama-sama. Namun yang terjadi sebenarnya justru ada orang yang memanfaatkan alun-alun untuk kepentingannya sendiri. Sehingga hal ini juga dapat memicu timbulnya konflik antar individu.
3.      Ketidakadilan, artinya ketidakseimbangan antara hasil yang didapat dengan hasil dari pihak lain atau dapat dikatakan ketidakseimbangan antara harapan dan kenyataan.
4.      Kompetisi, suatu kompetisi dapat menimbulkan suatu konflik, jika dalam situasi kompetisi itu sudah tercemar oleh masalah rasial, sosial-ekonomi atau masalah agama.
5.      Kesalahan persepsi, disebabkan persepsi yang selalu berubah-ubah, tergantung pada keadaan subjek yang bersangkutan, hubungan dengan orang lain atau pihak lain, serta situasi pada saat itu.
B. Macam-Macam Konflik
Ada beberapa tipe konflik, diantaranya:
1.      Konflik sederhana
a)      Konflik personal versus diri sendiri, terjadi karena apa yang dipikirkan/diharapkan itu tidak sesuai dengan kenyataannya,
b)      Konflik personal versus personal, bersumber dari perbedaan karakteristik personal,
c)      Konflik personal versus masyarakat, bersumber dari perbedaan keyakinan kelompok/masyarakat atau perbedaan hukum,
d)      Konflik personal versus, terjadi karena keberadaan individu secara personal dan adanya tekanan alam.
2.      Konflik dalam organisasi
a)      Konflik tugas, terjadi karena anggota organisasi mengalami ketidaksesuaian peran yang dia jalankan dengan status yang diikuti dengan kemampuan, pengetahuan, pendidikan, dan keterampilan yang dimiliki,
b)      Konflik antarpersonal, terjadi karena hubungan antarpersonal dalam organisasi terganggu,
c)      Konflik prosedural, terjadi karena anggota kelompok tidak sepakat tentang prosedur yang mengatur bagaimana kelompok  dapat mencapai tujuan organisasi.
3.      Konflik berdasarkan sifat, yaitu konflik dimana sifat yang relatif hampir sama dan berulang-ulang, konflik nyata, konflik yang tidak laten dan juga tidak manifes, melainkan datang secara luar biasa karena tidak ada catatan modus operandi sebelumnya.
4.      Konflik berdasarkan jenis peristiwa dan proses
a)      Konflik biasa, terjadi karena adanya kesalahpahaman yang didorong oleh faktor emosi,
b)      Konflik luar biasa, konflik yang tidak ada catatan modus  operandi sebelumnya,
c)      Konflik zero-sum (game), konflik yang hasil kemenangan di satu pihak dan kekalahan di pihak lain,
d)      Konflik merusak, konflik yang terjadi mulai dari proses sampai hasilnya dapat merusak relasi sosial, dan
e)      Konflik yang dapat dipecahkan, konflik ini dapat dipecahkan melalui keputusan bersama.
Berdasarkan segi proses, konflik dapat dibedakan menjadi:
a)    Konflik yang sedang terjadi,
b)    Konflik dengan sifat khusus (konflik luar biasa),
c)    Konflik non zero-sum, hasilnya win-win solution,
d)   Konflik produktif, konflik yang dapat diselesaikan dan hasilnya akan mendorong bagi meningkatnya relasi-relasi dari pihak terkait,
e)    Konflik yang dapat dikelola, dikelola untuk keuntungan dari kedua belah pihak.
5.      Konflik berdasarkan faktor pendorong, ada beberapa faktot pendorong yang memungkinkan untuk menentukan tipe-tipe konflik, yaitu:
a)      Konflik internal, didorong oleh emosi yang dirasakan sendiri,
b)      Konflik eksternal, terjadi antara dua orang yang mempunyai perasaan kurang senang satu sama lain,
c)      Konflik realisitis, konflik yang nyata, berstruktur, modus operandinya diketahui sehingga dapat dipecahkan dengan negosiasi,
d)      Konflik tidak realistik, terjadi karena alasan yang tidak jelas, tidak nyata, sumber konflik tidak terstruktur, dan biasanya terjadi ketika mengahadapi pilihan nilai dan sikap.
6.      Konflik berdasarkan jenis ancaman, yaitu:
a)      Konflik sengketa atas wilayah, dan
b)      Konflik batas-batas sosial antara dua kelompok atau lebih.
7.      Konflik berdasarkan cara memandang peristiwa atau isu, konflik ini terjadi karena perbedaan struktur ekonomi, pergantian penduduk, perubahan skala waktu, dan lain sebaginya.
8.      Konflik berdasarkan level pemerintahan, suatu keputusan yang diambil pada level atas cenderung  tidak dapat dijalankan pada tingkat pemerintahan dibawahnya yang mungkin memiliki komunitas yang relatif heterogen. Perbedaan dalam hal ini  akan menimbulkan konflik vertikal dengan pemerintah, serta konflik horisontal antarkomunitas.
C. Manfaat Konflik
1.      Memperkuat identitas suatu kelompok dan untuk meningkatkan prestasi kelompok,
2.      Konflik memberikan kesempatan untuk belajar dan meningkatkan konsensus, dan
3.      Konflik prosedural jika dapat diselesaikan dengan baik, maka akan dapat meningkatkan kinerja organisasi.
D. Pemecahan Konflik
Menurut Fisher, penyelesaian konflik dapat dikategorikan ke dalam 2 kategori, yaitu:
1.      Manajemen konflik, adalah sebuah tindakan konstruktif yang direncanakan, diorganisasikan, digerakkan, dan dievaluasi secara teratur atas semua usaha demi mengakhiri suatu konflik. Ada beberapa hal yang terkait dalam konsep manajemen konflik, antara lain:
a)      Mengakui bahwa konflik memang benar terjadi dalam masyarakat,
b)      Melakukan analisa situasi yang menyertai konflik dan perilaku dari semua pihak yang terlibat,
c)      Menentukan bagaimana model penyelesaian konflik yang tepat,
d)      Membuka semua jalur komunikasi,
e)      Melakukan perundingan dengan pihak-pihak yang terkait,
f)        Merumuskan beberapa anjuran, tekanan, dan konfirmasi bagi kelestarian selanjutnya, dan
g)      Hiduplah dengan konflik, karena konflik tidak dapat dihilangkan kecuali dapat ditekan atau ditunda kekerasannya.
2.      Resolusi konflik, menurut Morton resolusi konflik adalah sekumpulan teori dan penyelidikan yang bersifat eksperimental dalam memahami sifat-sifat konflik dan meneliti strategi kemudian membuat resolusi konflik.
Sedangkan menurut Dianne Schilling, ada 9 strategi untuk mengakhiri konflik, antara lain:
1.      Meninggalkan konflik,
2.      Menghindari konflik,
3.      Menguasai konflik,
4.      Melayani konflik,
5.      Mencari pertolongan,
6.      Bersikap humoris,
7.      Menunda penyelesaian,
8.      Kompromi, dan
9.      Mengintegrasikan.

REFERENSI
Sugiyo. 2006. Psikologi Sosial. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar