Selasa, 02 April 2013

Kelompok dan Dinamika Kelompok


KELOMPOK DAN DINAMIKA KELOMPOK

A. Konsep Kelompok
Melalui kelompok, individu dapat memuaskan keseluruhan kebutuhan yang fundamental dan memperoleh kesempurnaan yang besar. Tetapi dengan kelompok itu pula seseorang dapat merasakan kecewaan dan mengalami kesulitan-kesulitan yang amat sangat. Sehingga dengan demikian individu-individu dapat berkembang dan mempunyai dua fungsi, yaitu:
1.      Sebagai makhluk individual, dan
2.      Sebagai makhluk sosial.
Kelompok manusia merupakan suatu gejala yang universal. Manusia tidak mungkin hidup tanpa kelompok. Sedangkan yang dimaksud dengan kelompok itu sendiri adalah suatu unit sosial atau kesatuan sosial dimana terdiri atas dua atau lebih individu yang telah mengadakan interaksi sosial yang cukup intensif dan teratur, sehingga di antara individu itu sudah terdapat pembagian tugas, struktur, dan norma-norma tertentu yang khas bagi kelompok tersebut.
B. Macam-Macam Kelompok
1.      Kelompok primer
Kelompok primer adalah kelompok yang paling sederhana dimana anggota-anggotanya saling mengenal serta ada kerjasama yang sangat erat. Ciri-ciri kelompok primer antara lain:
a.       Terdapat interaksi sosial yang lebih erat antara anggota-anggotanya, dan
b.      Sering hubungannya bersifat irrasionil dan tidak didasarkan atas pamrih.
Contoh: keluarga.
2.      Kelompok sekunder
Kelompok sekunder adalah kelompok yang terdiri dari banyak orang yang sifat hubungannya tidak berdasarkan pengenalan secara pribadi dan juga tidak langsung. Ciri-ciri kelompok sekunder antara lain:
a.       Kelompok ini terbentuk atas dasar kesadaran dan kemauan dari para anggotanya,
b.      Fungsi utama dalam kelompok sekunder adalah untuk mencapai salah satu tujuan tertentu dalam masyarakat secara bersama, secara obyek, dan rasionil,
c.       Interaksi antar anggotanya lebih didasarkan atas pamrih, dan
d.      Selalu mempertimbangkan untung dan rugi.
3.      Kelompok informal (tak resmi)
Kelompok informal adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur dan organisasi yang jelas. Ciri-ciri kelompok informal antara lain:
a.       Tidak mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga secara tertulis,
b.      Mempunyai pedoman-pedoman tingkah laku anggota-anggotanya, tetapi tidak dirumuskan secara tegas dan tertulis, dan
c.       Bersifat tidak kekeluargaan, bercorak pertimbangan-pertimbangan yang rasional dan obyektif.
4.      Kelompok formal (resmi)
Kelompok formal adalah kelompok yang mempunyai aturan tegas dan sengaja diciptakan oleh anggota untuk mengatur hubungan antar sesama. Ciri-ciri kelompok formal antara lain:
a.       Mempunyai anggaran dasar dan anggaran rumah tangga secara tertulis,
b.      Mempunyai pedoman-pedoman tingkah laku yang dirumuskan secara tegas dan tertulis, dan
c.       Bersifat tidak kekeluargaan, bercorak pada pertimbangan-pertimbangan  yang rasionil dan obyektif.
5.      Kelompok in-group
Kelompok in-group adalah kelompok dimana individu dapat mengidentifikasikan dirinya.
6.      Kelompok out-group
Kelompok out-group adalah kelompok sosial yang oleh individu diartikan sebagai lawan dari in-group.
            Antara hubungan in-group dan out-group terdapat dua proses hubungan yang keduanya bersifat sosial, yaitu:
1.      Bersifat cooperation
Cooperation terjadi karena adanya kerjasama yang disebabkan adanya faktor-faktor yang menunjukkan kesamaan yang memungkinkan kesamaan yang memungkinkan  kesamaan yang memungkinkan anggota yang satu membantu anggota yang lain. Contoh: kerjasama antara partai-partai politik dalam menghadapi golongan lain yang mengancam mereka.
2.      Bersifat oposition
Hal ini dapat berwujud konflik konflik atau kompetisi. Di dalam konflik individu/kelompok yang bersangkutan ada kontak hubungan langsung dengan pihak lawan, dan lawan merupakan hal yang primer baginya. Jika kompetisi tidak perlu adanya hubungan langsung dengan pihak lawan.
C. Norma-Norma Kelompok
Norma kelompok berkaitan dengan cara-cara tingkah laku yang diharapkan dari semua anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Norma adalah kesepakatan yang telah disepakati bersama. Dalam kelompok yang resmi, norma-norma tingkah laku ini biasanya sudah tercantum dalam anggaran rumah tangga atau anggaran dasarnya. Apabila dalam suatu kelompok terdapat penghargaan-penghargaan dan hukum-hukum tertentu atas bermacam-macam tingkah laku, maka sudah dapat diambil kesimpulan, bahwa dalam kelompok itu terdapat norma-normanya, walaupun terkadang norma-norma tersebut tidak tertulis.
D. Timbulnya Kelompok
Kelompok terbentuk karena adanya komunikasi. Terjadinya suatu kelompok karena individu berkomunikasi dengan orang lain dan sama-sama memiliki motif dan tujuan. Masuknya orang ke dalam suatu kelompok itu mungkin disebabkan karena paksaan (tahanan/narapidana), atau secara otomatis atau dengan sendirinya (sebagai anggota keluarga). Di dalam berbagai kelompok orang akan mengadakan berbagai peranan sosial sesuai dengan corak masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok memiliki norma sosial yang berbeda.
E. Proses dan Dasar Pembentukan Kelompok
Proses pembentukan kelompok adalah suatu keadaan yang dialami oleh seseorang dengan alasan untuk mengelompokkan dirinya dengan sesamanya untuk mencapai suatu tujuan bersama, dan tujuan itu mungkin tak dapat dicapai sendiri dalam usahanya. Ada beberapa dasar-dasar dalam pembentukan kelompok, yaitu:
1.      Dasar psikologis, tiap-tiap individu mempunyai hubungan timbal balik dan saling mempengaruhi antara individu dan kelompoknya maupun sebaliknya. Pengaruh timbal balik itu dapat berpengaruh secara konstruktif maupun destruktif. Pengaruh konstruktif terjadi bila dapat meningkatkan kelompok itu dan perkembangan dari individunya. Sedangkan pengaruh destruktif terjadi bila hambatan atau pengrusakan hubungan sosial yang ada.
2.      Dasar pedagogis, terbentuknya kelompok dapat ditingkatkan dari taraf perkembangan kepribadian seseorang. Dengan adanya hubungan timbal balik dalam kelompok maka prestasi individu dapat ditingkatkan. Di dalam kelompok akan mudah ditemukan alat pendidikan yang digunakan untuk mengembangkan anggota sebagai pribadi atau sebagai anggota masyarakat.
3.      Dasar didaktis, digunakan sebagai alat perantara, penyampaian materi yang baru pada anggota, dan melalui kerja kelompok anggota dapat menguasai suatu materi dengan jalan diskusi.
F. Komunikasi dalam Kelompok
Komunikasi di dalam kelompok mempunyai dua pola dasar, yaitu:
1.      Pola komunikasi bintang/komunikasi vertikal, komunikasi dalam kelompok bersifat langsung dan otokrakik, waktu yang dibutuhkan untuk komunikasi itu relatif singkat, dan lebih banyak kontrol.
2.      Pola komunikasi roda, pola komunikasi ini lebih partisipatif dan demokratik, cenderung mengembangkan keterlibatan dan komitmen anggota kelompok bersifat horisontal.
Jika kedua pola komunikasi itu dikembangkan maka akan menghasilkan komunikasi interfungsional, komunikasi yang menuju ke segala arah secara timbal balik di antara semua pihak yang berfungsi sebagai sub sistem suatu lembaga. Sears menyatakan bahwa pola komunikasi ada 4 pola jaringan komunikasi dalam kelompok yang beranggotakan 5 orang, yaitu:
1.      Lingkaran, semua anggota dapat berkomunikasi dengan anggota lainnya yang berada disebelahnya, bukan dengan yang lain.
2.      Pola berantai, dua anggota masing-masing hanya dapat berbicara dengan satu anggota lain.
 

3.      Pola Y, hanya ada satu anggota di antara anggota lain yang dapat berbicara dengan dua anggota dan anggota kelima dapat berbicara dengan tiga anggota lain.
 



4.      Pola beroda, salah seorang anggota dapat berbicara dengan anggota lain, tetapi anggota yang lain hanya berbicara dengan anggota yang berada di pusat.
 





G. Fungsi Kelompok
Kehadiran orang lain dalam kelompok akan bermanfaat bagi individu ataupun kelompok yang bersangkutan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1.      Tipe tugas, dalam menganalisis produktivitas kelompok maka yang dapat dilakukan terlebih dahulu adalah dengan melihat jenis tugasnya. Terdapat tiga tugas, yaitu:
a.       Tipe tugas tambahan, adalah produktivitas kelompok setara dengan jumlah usaha perorangan dalam kelompok,
b.      Tipe tugas konjungsif, adalah tugas dimana untuk memperoleh keberhasilan kelompok tergantung pada bagaimana keberhasilan dari seluruh anggota kelompok, dan
c.       Tipe tugas disjungtif, adalah tipe tugas dimana hanya satu orang saja yang perlu memecahkan persoalan agar kelompok dapat mencapai keberhasilan.
2.      Fungsi individu, kehadiran orang lain dapat mempengaruhi penampilan perorangan dalam suatu tugas. Kehadiran orang lain memang diyakini akan dapat membantu penampilan orang lain, akan tetapi ada saat dimana kehadiran dari orang lain justru akan mengganggu.
3.      Pemecahan masalah oleh kelompok, terdapat beberapa solusi/situasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah oleh kelompok akan menjadi efektif, diantaranya adalah kekompakan yang disertai rasa saling menghargai penampilan yang baik akan meningkatkan produktivitas kelompok. Selain itu, pembagian tugas yang sesuai dengan keterampilan khusus para anggota kelompok juga akan berpengaruh terhadap pemecahan masalah oleh kelompok.
4.      Pengambilan keputusan oleh kelompok, terdapat 2 cara yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan oleh kelompok, yaitu:
a.       Polarisasi kelompok, dimana opini awal anggota kelompok akan mempengaruhi hasil diskusi, dan
b.      Adanya kelompok pemikir yang terdiri dari orang-orang ahli dan pandai yang justru tidak akan berhasil membuat suatu kesepakatan karena diawali dengan ketidakpekaan dan rasa optimisme yang berlebihan pada kelompok.
H. Dinamika Kelompok
Suatu kehidupan kerumunan dapat berubah menjadi kelompok apabila di dalamnya terdapat faktor-faktor pengikat kelompok. Adapun faktor-faktor pengikatnya, antara lain:
1.      Interaksi antara orang-orang dalam kerumunan,
2.      Adanya tujuan yang sama diantara orang-orang yang ada di dalam kerumunan,
3.      Adanya kepemimpinan yang dipatuhi oleh orang-orang yang ada dalam kelompok,
4.      Adanya ikatan emosional yang diwujudkan dalam kebersamaan pada orang-orang yang ada dalam kelompok maka kerumunan akan menjadi kelompok, dan
5.      Adanya norma dan aturan yang dianut oleh semua orang yang ada dalam kerumunan.
Dalam bimbingan dan konseling, dinamika kelompok akan tampak dalam beberapa aktivitas seperti ada tujuan bersama dalam bimbingan dan kelompok dan adanya ikatan emosional yang berbentuk kebersamaan diantara anggota kelompok dan adanya norma yang dipatuhi bersama dalam kelompok. Sebaliknya, apabila kelompok yang telah terbentuk tidak mampu mendinamiskan anggota kelompok melalui optimalisasi anggota kelompok, maka kelompok tersebut bukan merupakan kelompok yang dinamis melainkan kelompok yang sekedar sebagai wadah yang mati.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu. 1999.Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sugiyo. 2006. Psikologi Sosial. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar