AGRESI
A. Teori-Teori Agresi
Banyak ahli yang mengemukakan teori
tentang agresi. Teori agresi, menurut para ahli ada yang berpendapat bahwa
agresi adalah sebuah perilaku yang diturunkan (biologis), agresi adalah sebuah
perilaku yang di pelajari (lingkungan) ataupun perilaku agresi karena hasil
dari sebuah keputusan (kognitif). Teori agresi terbagi dalam beberapa
kelompok, yaitu:
Teori Bawaan
Teori Bawaan atau bakat ini terdiri atas teori Psikoanalisa dan teori
Biologi.
- Teori Naluri, Freud dalam teori Psikoanalisis klasiknya mengemukakan bahwa agresi adalah satu dari dua naluri dasar manusia. Naluri agresi atau tanatos ini merupakan pasangan dari naluri seksual atau eros. Naluri seks berfungsi untuk melanjutkan keturunan sedangkan naluri agresi berfungsi mempertahankan jenis. Kedua naluri tersebut berada dalam alam ketidaksadaran, khususnya pada bagian dari kepribadian yang disebut Id yang pada prinsipnya selalu ingin agar kemauannya dituruti (prinsip kesenangan atau Pleasure Principle) dan terletak pada bagian lain dari kepribadian yang dinamakan Super Ego yang mewakili norma-norma yang ada dalam masyarakat dan Ego yang berhadapan dengan kenyataan.
- Teori Biologi, teori biologi ini menjelaskan perilaku agresi, baik dari proses faal maupun teori genetika (illmu keturunan). Proses faal adalah proses tertentu yang terjadi otak dan susunan saraf pusat. Menurut tim American Psychological Association (1993), kenakalan remaja lebih banyak terdapat pada remaja pria, karena jumlah testosteron meningkat sejak usia 25 tahun. Produksi testosteron yang lebih besar ditemukan pada remaja dan dewasa yang nakal, terlibat kejahatan, peminum, dan penyalah guna obat dibanding pada remaja dan dewasa biasa.
Teori Lingkungan
Inti dari teori lingkungan adalah perilaku agresi merupakan reaksi terhadap
peristiwa atau stimulus yang terjadi di lingkungan.
- Teori Frustrasi-Agresi Klasik, yaitu agresi dipicu oleh frustrasi. Frustrasi artinya adalah hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan. Berdasarkan teori tersebut, agresi merupakan pelampiasan dari perasaan frustrasi.
- Teori Frustrasi-Agresi Baru, yaitu frustrasi menimbulkan kemarahan dan emosi, kondisi marah tersebut memicu agresi. Marah timbul jika sumber frustrasi dinilai mempunyai alternatif perilaku lain daripada yang menimbulkan frustrasi itu.
- Teori Belajar Sosial, yaitu lebih memperhatikan faktor tarikan dari luar. Bandura menekankan kenyataan bahwa perilaku agresi, perbuatan yang berbahaya, perbuatan yang tidak pasti dapat dikatakan sebagai hasil bentuk dari pelajaran perilaku sosial. Bandura menerangkan agresi dapat dipelajari dan terbentuk pada individu- individu hanya dengan meniru atau mencontoh agresi yang dilakukan oleh orang lain atau model yang diamatinya, walaupun hanya sepintas dan tanpa penguatan.
Teori Kognitif
Teori kognitif ini memusatkan proses yang terjadi pada kesadaran dalam
membuat penggolongan (kategorisasi), pemberian sifat-sifat (atribusi),
penilaian, dan pembuatan keputusan.
B.Konsep Agresi
Agresi mempunyai 3 perbedaan definisi, diantaranya:
1.
Pendekatan
behavioristik
Agresi
merupakan perilaku yang melukai orang lain.
Suatu tindakan jika didasari atau bertujuan untuk melukai orang lain,
maka bukan dikatakan sebagai agresi. Sebab, agresi adalah suatu bentuk tindakan
yang dimaksudkan untuk melukai orang lain.
2.
Agresi
prososial dan antisosial
Artinya
bahwa tidak semua agresi berupa suatu tindakan yang akan berakibat buruk, akan
tetapi agresi juga merupakan suatu bentuk tindakan yang baik dan disetujui oleh
norma sosial.
3.
Perilaku
agresif dan perasaan agresif
Artinya
bahwa tidak semua perilaku yang nampak pada diri seseorang merupakan cerminan
dari isi hati. Perasaan marah dalam diri seseorang sekalipun tidak
terlampiaskan dalam bentuk tindakan termasuk dalam perasaan agresi.
C.
Macam-Macam Agresi
Berikut ini adalah beberapa macam-macam agresi, antara
lain:
1.
Agresi
emosi, merupakan ungkapan kemarahan dan ditandai oleh emosi yang tinggi. Agresi
emosi ini bisa mengakibatkan kerugian bagi orang lain. Tujuan dari agresi ini
adalah untuk melampiaskan emosi yang bergejolak dalam diri seseorang dan dapat
berakibat sangat fatal, apabila emosinya tidak terkendali.
2.
Agresi
instrumental, agresi instrumental adalah suatu tindakan agresi yang tidak
disertai emosi.
3.
Perilaku
melukai dan maksud melukai, hal ini dapat dikatakan jenis agresi karena agresi
merupakan suatu tindakan yang melukai dan memang bermaksud untuk melukai.
4.
Perilaku
agresif antisosial dan prososial, suatu perilaku agresif yang sesuai dengan
norma sosial dan suatu perilaku yang tidak semudah dengan membalikkan telapak
tangan.
5.
Perilaku
dan perasaan agresif, suatu perilaku agresif dapat dilihat dari perilaku yang
nampak dan juga pada perilaku yang tersembunyi.
D.
Mengurangi Perilaku Agresif
Sears menyatakan bahwa perilaku agresif dapat dikurangi
melalui beberapa hal sebagai berikut:
1.
Hukuman
dan pembalasan, suatu hukuman atau pembalasan atas perbuatan agresif yang telah
dilakukan orang lain itu dapat mengurangi perilaku agresif pada seseorang.
Dengan adanya hukuman dan pembalasan, maka secara tidak langsung orang akan
merasa takut untuk melakukan perilaku agresif.
2.
Mengurangi
frustasi, frustasi merupakan suatu perilaku dimana seseorang sudah merasa tidak
mampu untuk melakukan suatu tindakan yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Frustasi yang dialami oleh seseorang dapat menimbulkan perilaku agresi. Orang
yang frustasi maka akan mudah sekali marah, sehingga ia akan mudah sekali
melakukan agresi terhadap orang lain di sekitar mereka dan bisa melukai orang
lain di sekitarnya. Maka, kejadian frustasi yang dialami oleh seseorang perlu dikurangi
agar perilaku agresi juga dapat berkurang intensitasnya.
3.
Hambatan
yang dipelajari, belajar mengendalikan perilaku agresif pada diri sendiri,
bukan karena takut untuk dihukum atau karena ancaman. Seseorang harus mampu
memilah perilaku agresi yang akan dikeluarkan atau yang akan ditekan
kemunculannya, sesuai dengan situasi dan kondisinya.
4.
Pengalihan,
pemindahan agresi pada sasaran pengganti. Maksudnya, perilkau agresi perlu dialihkan
kepada suatu hal, misalnya benda mati, agar nantinya perilaku agresi tidak akan
melukai fisik orang lain.
5.
Katarsis,
jika seseorang merasa marah dan ingin melampiaskannya maka tindakan yang
dilakukan selanjutnya akan mengurangi intensitas
perasaannya.
E.
Bentuk Agresi
Bentuk Agresi
|
Contoh
|
Fisik,
aktif, langsung
|
Menikam,
memukul, atau menembak orang lain
|
Fisik,
aktif, tak langsung
|
Membuat
perangkap untuk orang lain, menyewa seorang pembunuh untuk membunuh.
|
Fisik,
pasif, langsung
|
Secara
fisik mencegah orang lain memperoleh tujuan atau tindakan yang diinginkan (seperti
aksi duduk dalam demonstrasi)
|
Fisik,
pasif, tak langsung
|
Menolak
melakukan tugas-tugas yang seharusnya
|
Verbal,
aktif, langsung
|
Menghina
orang lain
|
Verbal,
aktif, tak langsung
|
Menyebarkan
gossip atau rumor jahat tentang orang lain
|
Verbal,
pasif, langsung
|
Menolak
berbicara kepada orang lain, menolak menjawab pertanyaan, dll
|
Verbal,
pasif, tak langsung
|
Tidak mau
membuat komentar verbal (misal:menolak berbicara ke orang yang menyerang
dirinya bila dia dikritik secara tidak fair)
|
F.
Penyebab Perilaku Agresi
1.
Frustrasi
Frustrasi
adalah terhalangnya seseorang oleh sesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan,
kebutuhan, keinginan, pengharapan atau tindakan tertentu. Teori hipotesis
frustrasi-agresi dipelopori oleh lima orang ahli yaitu Dollard, Doob, Miller,
Mowrer, dan Sears pada tahun 1939. Pada mulanya mereka menyatakan bahwa dalam
setiap frustrasi selalu menimbulkan perilaku agresi.Pada tahun 1941, Miller
menyatakan bahwa frustrasi menimbulkan sejumlah respon yang berbeda dan tidak
selalu menimbulkan perilaku agresi, perilaku agresi hanya salah satu bentuk
respon yang muncul.Watson, Kulik dan Brown (dalam Soedardjo dan Helmi)
menyatakan bahwa frustrasi yang muncul akibat faktor luar menimbulkan perilaku
agresi yang lebih besar dibandingkan dengan halangan yang disebabkan diri
sendiri. Hasil penelitian Burnstein dan Worchel menyatakan bahwa frustasi yang
menetap akan mendorong perilaku agresi. Dalam hal ini, orang siap melakukan
perilaku agresi karena orang menahan ekspresi agresi. Frustasi yang disebabkan
situasi yang tidak menentu (uncertaint) akan memicu
perilaku agresi lebih besar dibandingkan dengan frustasi karena situasi yang
menentu.
2.
Faktor
Biologis
Beberapa
faktor biologis yang bisa mempengaruhi perilaku agresi adalah gen, aktivitas
otak, hormon, dan abnormalitas. Penelitian menunjukkan bahwa gen berpengaruh
pada pembentukan sistem neural otak yang mengatur perilaku agresi. Menurut
perspektif biologis, perilaku agresi disebabkan oleh meningkatnya hormon
testosteron, 17-estradiol dan estrone. Peningkatan
hormon testosteron saja ternyata tidak mampu memunculkan perilaku agresi secara
langsung. Hormon testosteron dalam hal ini bertindak
sebagai anteseden, sehingga perlu ada pemicu dari luar. Hasil
penelitian mengenai peningkatan hormon testosteron terhadap meningkatnya
perilaku agresi ini tidak konsisten. Pada anak
laki-laki memang meningkat perilaku agresinya, hal ini tidak ditemukan pada
anak perempuan.
3.
Kesenjangan
Generasi
Adanya
perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan orang
tuanya dapat terlihat dalam bentuk kegagalan hubungan komunikasi. Hal ini diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi pada
anak.
4.
Lingkungan
Beberapa
faktor lingkungan seperti kemiskinan, anonimitas dan suhu udara yang terlalu
panas juga berperan dalam pembentukan perilaku agresi. Bila seorang
anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara
alami mengalami penguatan.
5.
Proses
Pendisiplinan yang Keliru
Pendidikan
disiplin yang otoriter dengan penerapan yang keras terutama yang dilakukan
dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh buruk bagi
remaja. Pendidikan disiplin seperti itu akan membuat remaja menjadi seorang
penakut, tidak ramah dengan orang lain, dan membenci orang yang memberi
hukuman, kehilangan spontanitas serta inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan
kemarahannya dalam bentuk agresi kepada orang lain.
6.
Insting
Menurut
Sigmund Freud, setiap orang mempunyai insting bawaan untuk berperilaku agresi.
Agresi merupakan derivasi insting mati (thanatos) yang harus disalurkan
untuk menyeimbangkannya dengan insting hidup (eros). Eros dan thanatos
ini harus diseimbangkan untuk menstabilkan mental.
7.
Penilaian
Kognitif
Teori ini
menjelaskan bahwa reaksi individu terhadap stimulus agresi sangat bergantung
pada cara stimulus itu diinterpretasi oleh individu. Sebagai contoh, frustrasi
dapat menyebabkan timbulnya perilaku agresi jika frustrasi itu diinterpretasi
oleh individu sebagai gangguan terhadap aktivitas yang ingin dicapainya.
8.
Kompetisi
Sosial
Menurut
perspektif sosiobiologi, perilaku agresi berkembang karena adanya kompetisi
sosial yaitu kompetisi terhadap sumber daya. Dalam hal
ini satu macam sumber daya yang dipandang terbatas, diperebutkan oleh dua belah
pihak. Perilaku
agresi menurut perspektif ini merupakan sesuatu yang fundamental karena
merupakan strategi adaptasi dalam kehidupannya. Dalam
pandangan ini manusia diharapkan bertindak agresif ketika sumber daya yang
penting itu terbatas, ketika mengalami ketidaknyamanan, ketika sistem sosial
tidak berjalan dengan baik, dan ketika ada ancaman dari pihak luar. Hal ini
dilakukan dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Sugiyo. 2006. Psikologi
Sosial. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
http://zakirputrasadani.wordpress.com/2012/01/17/psikologi-sosial-terhadap-perilaku-agresi/n (diunduh pada tanggal 19 November 2012 pukul 09.30 WIB)
http://www.psychologymania.com/2012/06/teori-teori-agresi.html (diunduh pada tanggal 24 November 2012 pukul 14.30
WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar