GANGGUAN DEPRESI/MOOD
DAN BUNUH DIRI
A. Gangguan Mood
Mood
adalah kondisi perasaan yang terus ada dan mewarnai kehidupan psikologis
seseorang. Gangguan mood terjadi dalam kondisi yang luar biasa parah atau
berlangsung lama dan mengganggu kemampuan mereka untuk berfungsi dalam memenuhi
tanggung jawab secara normal.
Tipe-Tipe Gangguan
Mood:
1.
Gangguan-gangguan depresi (gangguan
unipolar)
Ø Gangguan
depresi mayor (episode-episode dari depresi berat), terjadinya satu atau lebih
periode atau episode depresi tanpa adanya riwayat terjadinya episode manik atau
hipomanik alami. Umumnya orang yang pernah mengalami depresi mayor akan dapat
kambuh lagi di antara periode normal atau kemungkinan mengalami hendaya pada
fungsi-fungsi tertentu. Orang yang memiliki gangguan depresi mayor akan
memiliki masalah tidur, selera makan yang buruk, kehilangan atau bertambah
berat badan secara mencolok, dan akan menjadi gelisah secara fisik, atau akan
menunjukkan lambatnya aktivitas motorik mereka. Ciri-ciri gangguan depresi
mayor:
ü Perubahan
pada kondisi emsional,
ü Perubahan
dalam motivasi,
ü Perubahan
dalam fungsi dan perilaku motorik,
ü Perubahan
kognitif.
Ø Gangguan
distimik, pola depresi ringan yang terjadi dalam suatu rentang waktu (orang
dewasa) yang biasanya akan dialami dalam beberapa tahun (lama). Orang dengan
gangguan distimik akan merasakan spirit yang buruk atau keterpurukan sepanjang
waktu. Ciri-ciri:
ü Perasaan
terpuruk sepanjang waktu, namun tidak seberat orang dengan depresi mayor,
ü Depresi
ganda ditandai dengan episode depresi mayor yang muncul saat terjadinya
distimia.
2.
Gangguan-gangguan perubahan mood
Ø Gangguan
bipolar, gangguan yang disertai satu atau lebih episode manik atau hipomanik
(mood yang melambung dan hiperaktivitas) dimana penilaian dan tingkah laku akan
mengalami perbedaan. Perubahan mood antara rasa girang dan depresi. Gangguan
bipolar dibedakan menjadi 2 tipe umum, yaitu gangguan bipolar 1 dan gangguan
bipolar 2 (APA, 2000). Pada gangguan bipolar 1 orang akan manik secara penuh.
Sedangkan pada gangguan bipolar 2, seseorang akan mengalami satu atau lebih
episode-episode depresi mayor dan paling tidak satu episode hipomanik. Episode
manik, selama dalam satu episode manik, seseorang akan mengalami evalasi atau
ekspansi mood yang tiba-tiba dan merasakan kegembiraan, euforia, atau optimisme
yang tidak biasa. Ciri-ciri:
ü Dua subtipe
umum adalah gangguan bipolar 1 dan 2,
ü Pada
siklus yang cepat maniak dan depresi mayor secara bergantian tanpa ada periode
mood normal yang mengantarnya.
Ø Gangguan
siklotimik, gangguan mood yang kronis meliputi beberapa episode hipomanik dan
beberapa periode mood tertekan atau hilangnya minat atau kesenangan pada
kegiatan-kegiatan, tetapi tingkat keparahannya tidak sampai memenuhi kriteria
sebagai episode depresi mayor. Perubahan mood yang lebih ringan daripada
gangguan bipolar. Gangguan siklotimik biasanya bermula pada akhir masa remaja
atau awal masa dewasa dan berlangsung selama bertahun-tahun. Beberapa bentuk
dari gangguan siklotimik dapat mewakili suatu tipe gangguan bipolar awal yang
ringan. Kira-kira 33% orang dengan gangguan siklotimik pada akhirnya akan
mengembangkan menuju gangguan bipolar, suatu gambaran yang kira-kira 33 kali
lebih besar dibanding pada populasi umum (USDHHS, 1999a). Ciri-ciri:
ü Pola
perubahan kondisi mood yang kronis dan bersiklus dari episode-episode hipomanik
ke dalam keadaan depresi ringan,
ü Periode
yang sering dari mood yang depresi atau kehilangan minat atau kesenangan dalam
aktivitas, namun tidak pada taraf keparahan.
Faktor-Faktor
yang Menyebabkan Gangguan Mood:
1.
Faktor-faktor biologis:
Ø Predisposisi
genetis,
Ø Fungsi
neurotransmiter yang terganggu,
Ø Abnormalitas
pada bagian otak yang akan mengatur kondisi mood, dan
Ø Keterlibatan
sistem endokrin yang memungkinkan dalam kondisi mood.
2.
Faktor-faktor lingkungan-sosial, peristiwa hidup yang penuh dengan tekanan,
misalnya kehilangan seseorang yang dicintai atau lama menganggur.
3. Faktor-faktor behavioral:
Ø Kurangnya
reinforcement, dan
Ø Interaksi
yang negatif dengan orang lain sehingga dapat menghasilkan penolakan.
4. Faktor-faktor
emosional dan kognitif
Ø
Dalam teroi psikoanalisis klasik,
kemarahan diarahkan ke dalam,
Ø
Kesulitan emosional dalam melakukan
coping atas kehilangan orang yang dikasihi,
Ø
Kurangnya makna atau tujuan dalam
kehidupan,
Ø
Cara berpikir yang bias atau terdistorsi
secara negatif, atau suatu gaya atribusional yang cenderung ke dalam depresi.
Penanganan
Gangguan Mood:
1) Pendekatan
psikodinamika
Dalam
pendekatan psikodinamika, kebanyakan yang digunakan adalah psikodinamika
tradisional yang bertujuan untuk membantu orang yang depresi agar dapat
memahami perasaan mereka yang ambivalen terhadap orang-orang (objek) penting
dalam hidup mereka yang telah hilang atau terancam akan hilang. Psikodinamika
tradisional dapat menghabiskan waktu selama bertahun-tahun untuk mengungkap dan
menghadapi konflik-konflik yang tidak disadari. Sedangkan psikodinamika modern
juga berfokus pada konflik-konflik yang tidak disadari, namun secara lebih
langsung, relatif singkat, dan berfokus pada hubungan-hubungan yang penuh
dengan konflik di masa kini maupun masa yang akan datang. Salah satu bentuk
terapi yang dapat digunakan berdasarkan pendekatan psikodinamika adalah
psikoterapi interpersonal (IPT). IPT adalah suatu bentuk singkat dari terapi
(biasanya tidak lebih dari 9 hingga 12 bulan) yang berfokus pada hubungan
interpersonal klien saat ini. IPT berbeda dengan psikodinamika tradisional. IPT
membantu klien dalam menghadapi reaksi kesedihan yang tidak terselesaikan atau
yang mengganggu setelah kematian orang yang dicintai dan juga konflik-konflik
peran dalam hubungan saat ini. Terapis akan membantu klien untuk
mengekspresikan kesedihannya dan menghadapi rasa kehilangannya sambil
membimbing mereka dalam mengembangkan aktivitas-aktivitas dan hubungan-hubungan
yang baru untuk memperbaruhi kehidupan mereka. Terapis juga membantu klien dalam
mengidentifikasi area-area konflik dalam hubungan mereka saat ini, memahami
isu-isu yang mendasarinya, dan mempertimbangkan cara-cara untuk
menyelesaikannya.
2) Pendekatan
behavioral
Pendekatan
penanganan behavioral beranggapan bahwa perilaku depresi itu dipelajari dan
dapat dihilangkan. Terapis perilaku bertujuan secara langsung dalam
memodifikasi perilaku dan bukan untuk menumbukan kesadaran terhadap kemungkinan
penyebab yang tidak disadari dari perilaku-perilaku ini. Terapi behavioral
memerlukan waktu penanganan yang singkat.
3) Pendekatan
kognitif-behavioral
Untuk
membantu klien memperbaiki cara berpikir yang terdistorsi, mengembangkan
respons coping yang lebih efektif, dan menambah tingkat reinforcement yang
positif.
4) Pendekatan
kognitif
Terapi
kognitif berfokus untuk membantu orang dengan depresi belajar untuk menyadari
dan mengubah pola berpikir mereka yang disfungsional. Terapi kognitif
memerlukan waktu yang relatif singkat, biasanya 14 hingga 16 sesi mingguan.
5) Terapi
interpersonal
Terapi
interpersonal digunakan untuk menyelesaikan masalah interpersonal dari reaksi
duka yang terus-menerus.
6) Pendekatan
biologis
Pendekatan-pendekatan
biologis yang umum untuk menangani gangguan mood melibatkan penggunaan
obat-obatan antidepresan, seperti tricylic antidepresants (TCAs), monoamine
oxidase (MAO), inhibitors, dan selective serotonin-reuptake inhibitors (SSRIs).
Semua obat-obantan ini dapat meningkatkan fungsi otak dan juga fungsi
neurotransmiter. Antidepresan cenderung memiliki efek tunda, biasanya
membutuhkan beberapa minggu penanganan sebelum suatu manfaat terapeutik dapat
dicapai. Efek samping potensial dari
tricylic dan MAO inhibitors mencakup mulut kering, kemunduran psikomotor,
konstipasi, pandangan yang kabur, hambatan dalam pembuangan urine, paralytic ileus
(suatu kelumpuhan dari usus besar yang dapat mengganggu perjalanan dari isi
usus), kebingungan, delirium, dan komplikasi kardiovaskular, seperti tekanan
darah yang menurun.
7) Penanganan
obat untuk gangguan bipolar
Pengobatan
yang paling luas dipakai untuk menangani gangguan bipolar adalah obat litium
karbonat, yaitu bentuk bubuk litium berelemen metalik. Litium efektif untuk
menstabilkan mood orang yang menderita gangguan bipolar dan untuk mengurangi
episode-episode kambuh dari maniak dan depresi. Litium pada umumnya akan lebih
efektif jika digunakan untuk menangani simptom-simptom manik daripada depresi.
Orang dengan gangguan bipolar perlu menggunakan litium secara terus-menerus
untuk mengontrol perubahan mood-nya. Litium diberikan secara oral dalam bentuk
garam mineral alami atau litium karbonat. Pengobatan dengan menggunakan litium
harus dimonitor secara ketat, dikarenakan adanya efek beracun yang potensial
serta efek samping lainnya. Litium dapat menyebabkan hendaya ringan dalam
ingatan, penambahan berat badan, kelesuan dan kepeningan, menyebabkan suatu
penurunan umum dari fungsi motorik, dapat mengahsilkan distres
gastrointestinal, dan menyebabkan masalah pada liver/hati dalam jangka waktu
yang panjang.
8) Terapi
elektrokonvulsif (terapi kejutan)
Terapi
elektrokonvulsif melibatkan pengaliran arus listrik ke kepala, tegangan arus
listrik antara 70-130 volt digunakan untuk menginduksi suatu konvulsi yang
serupa dengan dengan epilepsi grand mal. Terapi ini biasanya diberikan dalam
suatu rangkaian 6-12 kali penanganan yang didistribusikan dalam suatu rangkaian
tiga kali per minggu atau selama beberapa minggu. Terapi elektrokonvulsif menghasilkan perbaikan yang signifikan untuk
sekitar 50% hingga 60% orang dengan gangguan depresi mayor yang telah gagal berespons
pada pengobatan antidepresan. Terapi elektrokonvulsif memproduksi semacam
perubahan kimiawi dan elektrikal yang besar dalam tubuh yang sulit ditunjukkan
secara tepat bagaimana mekanisme dari aksi terapeutiknya. Kemungkinannya terapi
elketrokonvulsif bekerja dengan cara menormalkan tingkat kerja otak dari
neurotransmiter tertentu. Terapi elektrokonvulsif dapat diberikan baik pada
kedua belahan otak atau hanya pada salah satu belahan otak.
B. Bunuh Diri
Perilaku bunuh diri bukanlah suatu
gangguan psikologis, tetapi sering merupakan ciri atau simptom dari gangguan
psikologis yang mendasarinya, biasanya adalah gangguan mood. Bunuh diri adalah
penyebab kematian utama yang ketiga di antara orang-orang yang berusia 15-24
tahun di Amerika Serikat, setelah kasus kecelakaan yang tidak disengaja dan
pembunuhan. Angka bunuh diri di antara remaja dan dewasa muda naik hampir tiga
kali lipat pada periode 1952-1995. Angka bunuh diri meningkat pada orang dewasa
yang berumur 65 tahun dan lebih, terutama pada pria yang berkulit putih yang
lanjut usia (USDHHS, 1999a). Lebih banyak wanita yang mencoba untuk bunuh diri,
namun lebih banyak pria yang sukses melakukan bunuh diri. Pria lebih sukses
dalam melakukan bunuh diri dikarenakan mereka cenderung untuk memilih tindakan
yang lebih cepat dan alat yang lebih mematikan. Faktor lain yang menyebabkan
para pria lebih sukses dalam melakukan bunuh diri dikarenakan adanya fakta
bahwa pria lebih cenderung untuk memiliki riwayat penyalahgunaan alkohol atau
obat dan lebih cenderung untuk tidak memiliki anak di rumah. Begitu juga dengan
orang yang berkulit putih berperan hingga dua kali lipat dalam melakukan bunuh
diri dibandingkan dengan orang berkulit hitam.
Orang yang mengalami gangguan
bipolar, mood, panik, skizofrenia, dan lain sebagainya pada akhirnya
orang-orang tersebut akan melakukan bunuh diri. Akan tetapi, tidak semua bunuh
diri terkait dengan gangguan psikologis. Sejumlah orang yang menderita penyakit
fisik yang sangat menyakitkan dan tanpa adanya harapan untuk mencari pelarian
dari penderitaan mereka dengan cara mengakhiri hidup mereka. Percobaan bunuh
diri sering kali terjadi dalam upaya merespons terhadap peristiwa hidup yang
penuh dengan tekanan. Orang yang mempertimbangkan bunuh diri pada saat stres
kemungkinan kurang memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah dan kurang
dapat menemukan cara-cara alternatif untuk coping dengan stresor yang mereka
hadapi.
Ada beberapa hal yang perlu
diketahui seseorang saat berada dekat dengan orang lain yang mempunyai keinginan
untuk melakukan bunuh diri, diantaranya:
a. Tarik
keluar orang yang mempunyai keinginan untuk bunuh diri,
b. Bersikaplah
simpatik pada orang tersebut,
c. Sampaikan
saran bahwa cara-cara lain selain bunuh diri dapat ditempuh untuk menyelesaikan
masalah yang sedang dihadapinya
d. Tanyakan
bagaimana orang tersebut bisa mempunyai keinginan untuk melakukan bunuh diri
e. Ajukan
pada orang tersebut untuk menemani Anda berkonsultasi dengan seorang ahli pada
saa itu juga, dan
f.
Jangan katakan sesuatu seperti “kamu itu
ngomong ngaco/gila” pada orang yang sedang mempunyai keinginan untuk melakukan
bunuh diri.
Orang yang bunuh diri cenderung akan
menunjukkan niatnya dan beberapa orang juga sering berusaha untuk
menyembunyikan niatnya, sering kali cukup eksplisit, misalnya menceritakan pada
orang lain mengenai pikiran-pikiran untuk bunuh diri. Edwin Shneidman menemukan
bahwa 90% dari orang-orang yang melakukan bunuh diri telah memberikan petunjuk
yang jelas. Orang yang memikirkan untuk bunuh diri juga dapat secara tiba-tiba
mencoba untuk memilah-milah urusan-urusan mereka. Mereka sering membeli senjata
api, meskipun sebelumnya kurang tertarik pada persenjataan. Saat orang yang
bermasalah memutuskan untuk melakukan bunuh diri, mereka tiba-tiba akan nampak
berada dalam keadaan yang damai, mereka merasa terlepas dari keharusan untuk
terbebani dengan masalah hidup yang dihadapi. Sebenarnya, prediksi bunuh diri
bukan merupakan sebuah ilmu pasti, seseorang tidak dapat memprediksi kapan
seseorang yang putus asa akan melakukan bunuh diri atau bahkan tidak sama
sekali.
DAFTAR PUSTAKA
Nevid S, Jeffrey., Rathus A,
Spencer., dan Greene, Beverly. 2005. Psikologi
Abnormal Jilid 1. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar