Selasa, 16 September 2014

PENGARUH BUDAYA DALAM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA


PENGARUH BUDAYA DALAM PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN MANUSIA

A.     Hakekat Manusia
“Manusia adalah suatu dinamika” (Adhiputra, 2013:32). Dinamika ini tidak pernah berhenti, melainkan tetap aktif. Dinamika manusia inilah yang memadukan manusia dengan sesamanya dan dengan dunia lingkungannya. Dinamika ini akan tetap berkembang selama masa hidupnya.  Dalam era globalisasi, manusia Indonesia yang dibutuhkan menurut Surya (dalam Adhiputra, 2013:32) adalah “manusia yang berkualitas lepas landas yang modern dan berjiwa generasi jaguar”. Menurut Kuntjaraningrat (dalam Adhiputra, 2013:32), manusia lepas landas itu mempunyai 5 karakteristik mental yakni:
1.    Berorientasi terhadap pandangan hidup yang bersifat positif dam aktif, serta wajib menentukan dirinya sendiri.
2.    Mementingkan kepuasan dari pekerjaan yang dilakukannya atau mutu hasil pekerjaannya.
3.    Berorientasi ke masa depan, belajar merencanakan hidupnya secermat mungkin sambil membuat perhitungan kemungkinan terjadinya hal-hal yang  kurang mendukungkan di masa depan, sehingga terdorong untuk menyisihkan sebagian dari pendapatnya untuk hal itu.
4.    Sejak kecil diajarkan dan dilatih untuk mencapai keselarasan dengan alam sekelilingnya sehingga mendorong tumbuhnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
5.    Berpegang teguh pada aspek-aspek positif gotong royong dengan cara menghindari aspek-aspek negatifnya.

Secara fisik-biologis, manusia sama saja dengan hewan, dilahirkan dengan kelengkapan organ tubuh yang menjadi bagian dirinya di tengah-tengah alam lingkungan yang sama dengan apa yang dialami makhluk hidup lainnya. Meskipun demikian, manusia tidak terperangkap oleh hal-hal yang alamiah saja. Manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat mampu melepaskan diri dari keterbatasan-keterbatasan, baik itu keterbatasan nalurinya maupun keterbatasan fisik biologisnya. Manusia mampu meninggalkan keterbatasan menjadi peluang yang mempertinggi derajatnya sebagai makhluk hidup yang berbeda dengan makhluk hidup lainnya. Manusia adalah makhluk dengan akal pikiran dan kemampuan intelektualnya. Perkembangan dan pengembangan akal pikiran manusia menghasilkan apa yang kita sebut dengan kebudayaan.
B.     Hakekat Budaya dan Pengaruhnya Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Manusia
Matsumoto (2004:7) mengatakan bahwa “budaya merupakan suatu konstruk individual-psikologis sekaligus konstruk sosial-makro”. Artinya, sampai batas tertentu budaya ada di dalam setiap dan masing-masing diri kita secara individual sekaligus ada sebagai sebuah konstruk sosial-global. Perbedaan individual dalam budaya bisa diamati pada orang-orang dari satu budaya sampai batas dimana mereka mengadopsi dan terlibat dalam sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku-perilaku yang berdasarkan konsensus/kesepakatan yang membentuk budaya mereka. Bila Anda bertindak sesuai dengan nilai-nilai dan perilaku-perilaku tertentu, maka budaya tersebut akan hadir dalam diri Anda, sedangkan bila Anda tidak memiliki nilai atau perilaku-perilaku tersebut, maka Anda tidak termasuk dalam budaya itu.
1.    Pengaruh Budaya pada Komunikasi
Menurut Dayakisni dan Yuniardi (2004:238) “komunikasi adalah proses menyampaikan pesan atau makna dari pengirim kepada penerima”. Setiap budaya akan memiliki aturan-aturan bagaimana cara anggota-anggotanya untuk melakukan komunikasi baik secara verbal maupun non verbal.
a)    Gaya komunikasi verbal secara lintas budaya
Hall (dalam Dayakisni dan Yuniardi, 2004:238) mengemukakan bahwa “context memainkan peranan kunci dalam menjelaskan beberapa perbedaan komunikasi”. Context adalah informasi yang mengelilingi suatu komunikasi dan membantu penyampaian pesan. Berdasarkan hal itu, Hall menyatakan bahwa penggunaan bahasa dalam budaya-budaya yang berbeda dapat diklasifikasikan sebagai high context atau low context. Pada budaya low context pembicaraan yang terjadi bersifat eksplisit dan pesan-pesan yang disampaikan sebagian besar diwakili oleh kata-kata yang diucapkan. Sebaliknya dalam budaya high context  pesan disampaikan secara implisit dan kata-kata yang diucapkan hanya mewakili sebagian kecil dari pesan tersebut.
b)   Budaya dan komunikasi non verbal
Menurut Dayakisni dan Yuniardi (2004:244) “komunikasi non verbal adalah transfer makna melalui alat-alat seperti bahasa tubuh dan penggunaan ruang fisik”. Dengan demikian ekspresi wajah, gerakan tubuh, sikap badan, kontak mata, dan suara bahkan pengunaan ruang dan jarak interpersonal, penggunaan waktu, tipe pakaian yang dipakai, dan desain arsitektur yang kita gunakan adalah perilaku-perilaku yang termasuk dalam perilaku non verbal. Menurut Ekman dan Friesen (dalam Dayakisni dan Yuniardi, 2004:245) perilaku-perilaku non verbal dapat diklasifikasikan menjadi 5 kategori, yaitu:
1)      Illustrator, yaitu perilaku nonverbal yang digunakan untuk memperjelas aspek dari kata-kata yang kita ucapkan.
2)   Adaptors/manipulators, adalah perilaku non verbal yang kita kelola untuk membantu tubuh kita beradaptasi terhadap lingkungan disekitar kita.
3)   Emblems, adalah perilaku nonverbal yang menyampaikan suatu pesan melalui diri mereka sendiri.
4)   Emotions, adalah pesan yang disampaikan melalui perilaku nonverbal.
5)   Regulators, adalah perilaku non verbal yang kita kelola untuk mengatur arus bicara selama percakapan.
Berikut ini terdapat beberapa perbedaan perilaku non verbal secara lintas budaya:
1)      Telaah lintas budaya tentang kinesics
Kinesics ialah studi tentang komunikasi melalui gerakan tubuh dan ekspresii wajah. Area pertama adalah komunikasi melalui kontak mata dan kedipan mata.
2)      Gestures (gerakan bagian-bagian tubuh)
Gestures juga sering digunakan dalam komunikasi dan bentuknya dapat berbeda-beda antar budaya. Beberapa budaya menekankan perbedaan dalam menggunakan gestures sebagai illustrator. Kebanyakan budaya memiliki sistem gerakan tangan yang menjadi penyampai pesan atau makna tertentu.
3)      Chromatics
Chromatics adalah penggunaan warna untuk mengkomunikasikan pesan. Contohnya di Amerika orang memakai pakaian hitam ketika dalam berkabung.
4)      Ruang antar pribadi dan penggunaan jarak
Ruang adalah dimensi perilaku non verbal lain yang sangat penting. Kita menggunakan ruang untuk mengirimkan pesan penting mengenai status kekuasaan, dan dominansi. Hal ini disebabkan orang-orang yang melakukan suatu interaksi akan menggunakan ruang ini sama dengan ruang yang secara pribadi mereka miliki.
2.    Pengaruh Budaya pada Gender
Menurut Dayakisni dan Yuniardi (2004:253) “gender merupakan hasil konstruksi yang berkembang selama masa anak-anak sebagaimana mereka disosialisasikan dalam lingkungan mereka”. Adanya perbedaan reproduksi dan biologis mengarahkan pada pembagian kerja yang berbeda antara pria dan wanita dalam keluarga. Perbedaan-perbedaan ini pada gilirannya mengakibatkan perbedaan ciri-ciri sifat dan karakteristik psikologis yang berbeda antara pria dan wanita. Berry dkk (dalam Dayakisni dan Yuniardi, 2004:253) “mengajukan suatu kerangka berfikir untuk menggambarkan bagaimana praktek budaya dapat memperngaruhi perbedaan gender dalam karakteristik psikologis”. Sebagai konsekuensinya, budaya yang berbeda akan memberikan hasil yang berbeda pula. Satu budaya mungkin mendukung kesamaan antara pria dan wanita, namun budaya lainnya tidak mendukung kesamaan tersebut. Dengan demikian budaya mendifinisikan atau memberikan batasan mengenai peran, kewajiban, dan tanggung jawab yang cocok bagi pria dan wanita.
3.    Pengaruh Budaya pada Persepsi
“Persepsi merupakan suatu proses konstruksi maupun proses menyusun keeping-keping informasi agar menjadi bermakna”(Matsumoto, 2004:75). Karena merupakan suatu konstruksi, persepsi kita pelajari seiring dengan perkembangan kita sejak lahir, masa anak-anak, remaja, dan masa dewasa. Karena ia dipelajari, maka persepsi bisa dibentuk, diubah, dan dipengaruhi oleh kebudayaan dimana kita dibesarkan. Maka dari itu, cara kita mempersepsi dunia sekeliling kita, terutama bagi kita orang dewasa akan dipengaruhi oleh bagaimana budaya membantu kita mempelajari cara mengkonstruksi makna dan pemahaman dari informasi sensorik yang kita terima lewat indera-indera kita. Akan tetapi, tampaknya jelas bahwa meski persepsi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya termasuk usia, pematangan lingkungan, namun situasi/latar belakang kebudayaan tetap merupakan penentu yang berpengaruh dalam persepsi kita terhadap dunia.
4.    Pengaruh Budaya pada Perkembangan Kognitif dan Inteligensi
Matsumoto (2004:174) “terdapat perbedaan dalam bagaimana budaya mendefinisikan perkembangan kognitif dan inteligensi”. Bagaimana suatu budaya mendefinisikan apa yang disebut cerdas barangkali tidak sama dengan bagaimana budaya lain mendefinisikan inteligensi. Oleh sebab itu, tanda-tanda atau perilaku yang secara tipikal dipakai untuk mengukur inteligensi akan berbeda-beda dari satu budaya ke budaya yang lain. Mempertunjukkan keterampilan, bakat, atau kemampuan dalam suatu tugas, mengajukan pertanyaan atau suatu aktivitas mungkin dianggap baik diberbagai budaya. Namun perilaku yang sama bisa memicu emosi negatif pada beberapa budaya lain karena dianggap tak sopan, arogan, tak pantas, atau tidak dewasa.
5.    Pengaruh Budaya pada Perilaku Manusia
Perilaku-perilaku manusia satu dengan yang lainnya sangat terkait erat dengan budaya yang mereka anut. “Ketika berinteraksi dengan orang dari budaya lain di seluruh dunia, baik saat kita bepergian atau sebaliknya, kita akan menghadapi berbagai cara budaya mewujudkan dirinya melalui perilaku” (Matsumoto, 2004:264). Dengan meningkatnya pemahaman kita tentang perwujudan-perwujudan ini, kita akan semakin menghargai pentingnya peran budaya, tidak hanya akan memberi kita rambu-rambu dalam hidup, tapi juga dalam membantu kita menemukan jalan untuk bertahan hidup. Kenyataannya, budaya menyediakan bagi kita aturan-aturan yang memastikan berlangsungnya hidup dengan asumsi bahwa sumber daya hidup masih tersedia.














DAFTAR PUSTAKA


Adhiputra, Ngurah A. 2013. Konseling Lintas Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Dayakisni, Tri, Et Al. 2004. Psikologi Lintas Budaya. Malang: Umm Press.
Matsumoto, David. 2004. Pengantar Psikologi Lintas Budaya. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar