Konsep Konseling Anak-Anak
Konseling anak adalah proses yang terjadi antara anak
dan seorang konselor yang membantu anak-anak untuk memahami apa yang telah
terjadi kepada mereka. Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak untuk sembuh
dan kembali rasa percaya dirinya. Selama konseling, seorang anak didorong untuk
dapat menyatakan perasaan mereka. Pemikiran dan perasaan yang tetap dan tak
terungkapkan cenderung menjadi semakin akut dan dapat menimbulkan masalah
jangka panjang
Konseling anak menawarkan tempat yang aman untuk
berbicara tentang hal-hal yang sulit. Anak-anak sering merasa sulit untuk
berbicara dengan pada orang dewasa yang peduli mereka, padahal anak ingin
dilindungi oleh orang dewasa. Mereka merasa sudah cukup dianggap bertanggung
jawab untuk dewasa dari setiap hal yang dilakukannya. Konseling menawarkan
kesempatan untuk melakukan kepercayaan internal dan perasaan eksternal dan
karena itu lebih dapat diatur. Konseling dapat memberikan pengertian pada
anak-anak bahwa hubungan itu adalah sangat berharga. Dalam konseling, mereka
memiliki beberapa kekuasaan dan dapat membuat pilihan atas apa yang ia lakukan.
Konseling anak juga dapat memberikan anak suatu hubungan dengan orang dewasa di
mana mereka lebih dapat dipercaya.
Proses konseling
merupakan proses bantuan yang diberikan oleh profesi konseling kepada individu
yang memiliki kesulitan dan dilakukan dengan cara face to face, sehingga individu
yang mendapatkan bantuan
tersebut mendapatkan kebahagiaan.
Pemberian bantuan face to face dalam proses
konseling tentu saja
membutuhkan teknik dan keterampilan tertentu
yang harus dikuasai.
Keterampilan yang dimaksud
adalah keterampilan konseling.
Dalam memberikan
konseling untuk anak
berbeda metodenya dengan
konseling yang ditujukan kepada
remaja ataupun orang
dewasa. Kekhasan atau
keunikan anak merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari penggunaan metode pendekatan konseling. Penguasaan
metode yang ditunjang dengan pemahaman tentang dunia anak sesungguhnya
akan mempermudah kerja
konselor dan tujuan
diadakannya konseling tersebut
dapat tercapai.
2.1.1 Modal
harus dimiliki konselor
atau pendidik yang melakukan konseling anak
a. Modal Umum.
Adanya pemahaman
komprehensif tentang konseling
untuk anak. Konseling untuk anak adalah proses pemberian bantuan pada
anak yang ditujukan untuk membantu anak menyesuaikan diri dengan lingkungan di
sekolah. Metode pendekatan yang dilakukan juga hendaknya juga
berbeda ketika berhadapan
dengan remaja. Metode
yang digunakan tentunya mengikuti berbagai macam tahap
proses konseling yang sesuai dengan karakteristik anak. Dalam menjalankan
proses konseling, pendidik dan konselor harus mempunyai ide yang jelas sehingga
tujuan diadakannya proses konseling tercapai. Pencapaian tujuan selain didasari
dengan ide yang matang, faktor terpenting
yang pertama harus
dibentuk dengan baik
adalah menemukan cara pendekatan yang tepat dengan anak‐anak sehingga anak
percaya dan hubungan antara guru atau konselor dengan anak‐anak dapat berjalan
baik. Kita tidak dapat menggunakan cara yang sama dalam menghadapi
anak‐anak dengan
remaja ataupun orang
dewasa. Jika hal
itu terjadi, kemungkinan situasi
yang akan kita
hadapi adalah anak
akan diam, mudah
bosan, ataupun menimbulkan reaksi‐reaksi
emosi yang tidak
diharapkan, sehingga apa
yang diharapkan dari pertemuan tidaklah tercapai. Hal yang
selalu kita sadari bersama bahwa anak-anak mempunyai dunia yang unik dan
berbeda dari masa sebelum dan sesudahnya. Masa kanak‐kanak ini terbentuk
dari proses pertumbuhan fisiologis dan psikologis yang terus menerus dalam
tahap belajar menuju ke masa selanjutnya.
b.
Modal khusus sebagai konselor anak haruslah
memiliki:
1) Pemahaman
mendalam tentang dunia anak yang dihadapinya.
2) Kongruent.
Kepribadian konselor haruslah
terintegrasi dengan baik,
jujur, konsisten, stabil, dapat
beradaptasi, sehingga kepercayaan diri konselor dalam menjalankan proses
terapi dapat terbentuk.
Kepribadian ini akan
memotivasi timbulnya pemahaman pemahaman yang baik akan dunia
anak, sehingga lingkungan yang dibutuhkan anak‐anak dapat terbentuk.
3) Menjaga
kedekatan dan hubungan yang baik dengan anak‐anak.
4) Adanya
penerimaan yang tulus. Hal ini dapat dilihat dari sikap baik verbal maupun non
verbal dalam menghadapi
anak‐anak tanpa
melihat atau mendeskriminasi adanya keterbatasan pada diri anak. Anak
perlu mendapatkan penerimaan yang
positif dari konselor/pendidik dengan menghargai anak sebagai individu
yang unik.
5) Tidak
mereaksi anak secara emosional. Berikanlah
sikap kasih sayang yang hangat dan ramah pada anak‐anak, sehingga anakpun
dapat merasakannya.
2.1.2 Hal-hal yang harus ada dalam
proses konseling untuk anak
Geldard
and Geldard (2008)
memformulasikan beberapa atribut
yang harus ada
dalam hubungan konselor dan anak dalam menjalankan proses konseling, yaitu:
a. Adanya
kesinambungan antara persepsi konselor dan dunia anak‐anak. Hal ini dapat
dibangun konselor dengan memahami tentang apa dan bagaimana dunia anak,
sehingga persepsi dan penghargaan serta sikap yang tidak menghakimi akan
keberadaan dunia anak akan terbentuk.
b. Hubungan yang
eksklusif. Konselor hendaknya
membangun dan menjaga
hubungan yang baik dengan
anak‐anak untuk
membentuk kepercayaan pada
diri anak pada konselor.
c. Hubungan
yang aman. Konselor berusaha membuat lingkungan kondusif bagi anak‐anak sehingga ia dapat
mengeksresikan emosi dan perasaan mereka dengan bebas. Perasaan aman dalam
bersikap dan bertingkap
laku dan menimbulkan
rasa percaya kepada konselor.
d. Hubungan
Autentik. Hubungan yang dibangun adalah hubungan yang dilandasi dengan sikap
jujur, terbuka , spontan, dan alamiah. Sikap pura‐pura dapat menghambat jalannya
proses konseling. Sikap konselor yang demikian akan membawa konselor
berinteraksi dan bermain dengan anak‐anak dengan rasa senang.
e. Hubungan
yang menimbulkan adanya rasa percaya diri pada anak. Ketika bekerjasama dengan
anak‐anak,
konselor berusaha mengembangkan suasana yang aman untuk anak‐anak dalam
membagi apa yang
dipikirkan dan dirasakannya.
Konselor dapat mencoba mencari
suasana yang disukai klien.
f. Hubungan non‐intrusif. Konselor jangan
menginterupsi dengan apa yang dikatakan dan dilakukan anak,
sehingga anak merasa
terganggu. Buatlah suasana
nyaman. Terlalu
membingungkan anak bila
menanyakan pertanyaan‐pertanyaan yang
terlalu banyak dalam satu waktu.
Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan perasaan curiga pada diri anak sehingga
menimbulkan perasaan takut berbagi.
g. Hubungan yang
bertujuan. Setiap hal
yang dilakukan oleh
konselor hendaknya bertujuan
dengan jelas. Harus disadari bahwa beberapa anak memerlukan waktu yang lama
untuk bisa bekerja sama dengan konselor, dan terkadang diiiringi dengan
perasaan cemas. Bermain merupakan sarana yang baik untuk mendekatkan diri pada
anak‐anak.
Permainan yang dipilih
sebaiknya mendukung proses
pemecahan masalah yang dihadapinya.
2.1.3
Keterampilan yang harus dimiliki selama proses konseling berlangsung
Selama proses konseling dilakukan, ada
beberapa ketrampilan konseling yang harus dimiliki oleh seorang
konselor atau pendidik
yang membantu anak
dalam penyelesaian hambatan
atau masalah pada diri anak, yaitu:
a. Pendekatannya menyatu dengan anak (joining with the child)
b. Mengamati
perilaku anak selama konseling (observation)
c. Mendengar
secara aktif aktif (active listening)
d. Menyadari
berbagai isu untuk menfasilitasi perubahan (awareness
raising and the resolution of issues to facilitate change)
e. Menyelami
apa yang diyakini anak (dealing with the child’s belief)
f. Aktif memfasilitasi anak yakni dengan memberi
kesempatan anak untuk mengekspresikan apa yang dipikir dan dirasa (actively facilitating).
g. Mengakhiri
dengan kesimpulan (termination)
2.1.4
Faktor‐faktor
yang berpengaruh dalam pelaksanaan konseling untuk anak
a. Usia
Perbedaan usia
pada anak akan
mempengaruhi berbagai macam
hal yang membantu proses
pelaksanaan konseling, misalnya
penerimaan/persepsi anak yang masih sederhana berpengaruh pada bahasa dan metode pendekatan, serta media
yang dipakai.
b. Latar
belakang kehidupan anak
Orang
tua melalui gaya pengasuhan (hubungan‐keterdekatan, pola komunikasi, pola
kedisiplinan), aturan/norma keluarga, kebiasaan/habituasi dalam keluarga, status
sosial ekonomi, budaya
lingkungan, tingkat pendidikan,
bakat (potensi khusus) dan minat
(kesenangan).
c. Keterbukaan
dan kerjasama dari orang tua dalam memberikan informasi merupakan hal
penting untuk melihat perubahan perilaku
pada anak.
2.2 Teknik-Teknik Konseling Anak-Anak
Menurut
Ahmadi dan Supriyono (2004:119), “pelayanan bimbingan dan konseling dapat
ditempuh dengan menggunakan 2 teknik, yaitu teknik individual dan teknik
kelompok”.
a. Teknik Individual
Teknik individual ini dibagi menjadi
3, antara lain:
1) Directive
counseling
Dengan prosedur atau teknik
pelayanan bimbingan tertuju pada masalahnya, konselor yang membuka jalan pemecahan
masalah yang dihadapi konseli. Tokoh dari aliran ini Williamson menunjukkan
alasan bahwa:
a) Anak yang belum matang mendiagnosis
sendiri, sukar memecahkan masalahnya tanpa bantuan dari pihak lain yang
berpengalaman.
b) Anak yang kesulitan, sekalipun sudah
diberi petunjuk apa yang harus dilakukan, mereka tidak mau dan tidak berani.
c) Mungkin ada masalah yang berat untuk
dipecahkan oleh anak tanpa bantuan dari orang lain.
2) Non-directive
counseling
Disini konselilah yang mengambil
inisiatif dan yang menentukan sendiri apakah dia membutuhkan pertolongan dari
orang lain.
3) Eclective
counseling
Pelayanan tidak dipusatkan pada
konseli, tetapi masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani secara luwes,
sehingga tentang apa yang diperlukan setiap waktu dan dapat diubah kalau memang
diperlukan.
b. Teknik Kelompok (Group Guidance)
Teknik ini banyak dipergunakan dalam
membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh beberapa orang murid,
dan dapat juga dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah-masalah yang
dialami oleh seorang individu. Berikut ini ada beberapa teknik dalam bimbingan
kelompok, antara lain:
1) Home
room program
Kegiatan bimbingan dilakukan oleh
guru bersama murid di dalam ruang kelas di luar jam pelajaran. Kegiatan home room dapat dilakukan secara periodik,
misalnya seminggu sekali. Kegiatan home
room dapat digunakan sebagai suatu cara dalam bimbingan untuk anak SD,
melalui kegiatan ini pembimbing dan murid dapat berdiskusi tentang berbagai
aspek sesuai dengan permasalahan yang dialami peserta didik.
2) Field
trip (karya
wisata)
Bimbingan karya wisata merupakan
cara yang banyak menguntungkan. Dengan karya wisata, murid-murid dapat mengenal
dan mengamati secara langsung dari dekat objek situasi yang menarik
perhatiannya dan hubungannya dengan pelajaran di sekolah. Dengan karya wisata
murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan
kelompok, berorganisasi, kerja sama, dan tanggung jawab. Contohnya, anak SD
ingin mengetahui bagaimana proses jual beli, maka guru pembimbing dapat mengajak
mereka ke pasar.
3) Diskusi kelompok (group discussion)
Dalam diskusi kelompok sebaiknya
dibentuk kelompok-kelompok kecil yang kurang lebih terdiri dari 4 sampai 5
orang. Para peserta didik yang telah bergabung ke dalam kelompok-kelompok kecil
itu mendiskusikan bersama permasalahan yang dialaminya. Misalnya kesukaran
dalam belajar dan masalah pengisian waktu luang. Beberapa masalah yang hendak
didiskusikan hendaknya ditentukan oleh pembimbing itu sendiri, dengan
merumuskan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing kelompok
diskusi.
4) Kegiatan bersama
Kegiatan bersama merupakan teknik
bimbingan yang baik, karena dengan melakukan kegiatan bersama akan mendorong
anak saling membantu sehingga relasi sosial positif dapat dikembangkan dengan
baik. Kegiatan kelompok yang dapat digunakan misalnya adalah bermain bersama.
5) Organisasi murid
Kegiatan organisasi siswa misalnya
pramuka atau dokter kecil sangat membantu proses pembentukan anak, baik secara
pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Kemampuan pribadi dapat dikembangkan
dengan baik, kesiapan sebagai anggota kelompok atau masyarakat dapat
dikembangkan dengan baik pula.
6) Sosiodrama
Teknik sosiodrama adalah suatu cara
dalam bimbingan yang memberikan kesempatan pada murid-murid untuk
mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang seperti yang
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Maka dari itu, sosiodrama
dipergunakan dalam pemecahan masalah-masalah sosial yang mengganggu peserta
didik dengan kegiatan drama sosial.
7) Upacara
Upacara bendera merupakan kesempatan
yang sangat baik bagi anak-anak dalam melatih disiplin, melatih keterampilan,
membentuk diri untuk dapat menghormati pahlawan, cinta bangsa dan tanah air.
Upacara bendera merupakan rangkaian kegiatan sekolah untuk menanamkan, membina,
dan meningkatkan penghayatan serta mengamalkan nilai-nilai dan cita-cita bangsa
Indonesia.
8) Papan bimbingan
Papan bimbingan adalah papan tulis
yang dipasang di luar ruang kelas dapat menjadi suatu teknik bimbingan dan
menjadi tempat persinggahan murid-murid di waktu senggang. Pada bimbingan
tersebut secara berkala dapat dilukiskan atau ditempelkan banyak hal, misalnya
pengumuman penting atau peristiwa yang hangat.
2.3 Media Konseling Anak-Anak
Salah
satu bantuan yang dapat dilakukan pada institusi sekolah dasar adalah melalui proses
konseling yang terstruktur. Konseling untuk anak‐anak dalam pelaksanaannya perlu disesuaikan
dengan kebutuhan. Konseling anak jelas berbeda dengan konseling pada orang dewasa
dalam pelaksanaannya. Konseling pada anak memiliki kekhasan sendiri dalam melakukannya.
Menimbang dunia sekolah dasar adalah dunia bermain, sehingga media yang digunakan
adalah media‐media
yang sesuai dengan metode pembelajaran pada pendidikan sekolah
dasar. Konseling ini tentu saja berbeda dengan metode mendongeng, keterampilan
dalam melakukan konseling beserta prosedur konseling dilakukan, seperti mendengarkan
secara aktif, dan melakukan kesimpulan‐kesimpulan
yang melibatkan anak secara interaktif. Hal
ini diperkuat oleh pendapat Geldard dan Geldard (2008) bahwa “praktek
konseling dengan anak memiliki pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan pendekatan
orang dewasa”. Selanjutnya dikemukakan bahwa konseling untuk anak sekolah
dasar menggunakan pendekatan berbagai metode pembelajaran pada institusi sekolah
dasar tersebut, seperti bercerita dengan menggunakan media gambar-menggambar dan
konstruksi. Penggunaan
beberapa media dalam konseling anak, antara lain:
a. Miniatur binatang
1) Sekumpulan binatang berbagai jenis
(binatang buas, ternak, jinak, dinosaurus, binatang peliharaan, dan lain-lain)
2) Benda-benda pendukung lainnya
(misalnya pagar dan lain-lain)
Langkah-langkah penggunaan miniatur
binatang dalam terapi anak, antara lain:
1)
Pilihlah
binatang yang paling menggambarkan anak
2)
Pilihlah
binatang yang mewakili keluarga anak atau sekolahnya
3)
Susunlah
binatang itu menurut kedekatan hubungan mereka
4)
Bila
ada satu binatang tidak ada (salah satu yang berpengaruh), apa yang terjadi?
5)
Susunlah
binatang itu yang membuat semua yang ada di dalamnya merasa lebih bahagia serta
akhiri konseling dengan sesuatu yang melegakan/membahagiakan.
b.
Sand tray
1) Kotak pasir, pasir yang bersih dan
berukuran lebih besar
2)
Perlengkapan:
benda-benda apa saja (yang akan dijadikan simbol / lambang )
Langkah-Langkah menggunakan sand tray dalam terapi anak:
1) Kumpulkan informasi penting mengenai
apa yang sedang terjadi dalam diri anak (misalnya: perceraian, kematian, dan lain-lain).
Observasi cara anak bermain, cara meletakkan lambang, pemilihan lambang,
emosinya, raut wajahnya, dan tema selama bermain.
2) Beri feedback dan gunakan open
question untuk memancing anak bercerita lebih banyak mengenai apa yang
sedang terjadi dengannya.
3) Beri dia kesempatan untuk menata
mainan (sand tray) tersebut
berdasarkan apa yang membuatnya lebih bahagia dibanding dengan apa yang telah
terjadi.
c. Clay
1) Clay atau malam, tanah liat
2) Tatakan untuk bermain malam (agar
kebersihan tetap terjaga)
3) Benda-benda pendukung (alat untuk memotong,
membentuk, mencetak)
Langkah-langkah menggunakan clay dalam terapi anak diantaranya:
1) Minta anak berteman dengan clay (dengan meminta mereka melakukan
sesuatu seperti membuat bola, memipihkan, membuat ular, melingkarkan ke jari,
dan lain sebagainya). Saat anak bermain lakukan observasi dan feedback.
2) Meminta anak memilih bagian mana
dari aktifitas tadi yang disukainya sehingga bagian yang disukai tersebut dapat
diperagakan lagi.
3) Minta dia membuat sesuatu tentang
dirinya (bentuk apa saja kecuali bentuk asli manusia).
4) Coba minta mereka membuat anggota keluarga
lain.
5) Atur berdasarkan kedekatan serta minta
dia merefleksi perasaannya.
6) Minta anak berdiri, pegang clay yang melambangkan perasaannya.
Katakan pada clay itu dengan suara
keras (saya marah karena...), lempar clay
ke bawah (konselor harus tenang supaya situasi lebih terkendali)
7) Atur posisi anggota keluarga yang
membuat semua lebih bahagia.
8) Tanyakan perasaannya sekarang.
9) Konfirmasikan pada anak mengenai
apakah anak itu sendiri atau konselor yang akan memberitahu orang tua mengenai
apa yang perlu orang tua ketahui.
10) Setelah itu mainan dapat dirapikan.
- Fruit tree drawing
1)
Kertas
gambar, pensil dan krayon
2)
Kursi
dan meja kecil untuk menggambar
Langkah-langkah menggunakan fruit tree drawing dalam terapi anak yakni:
1)
Minta
anak menggambar sebuah pohon yang menggambarkan dirinya.
2)
Dialog
dengan anak mengenai gambar itu, misalnya mengenai pohon apa itu, apakah hidup
sendiri/bersama, bagaimana buahnya, apa yang terjadi dengan pohon itu. Gunakan
kata ganti orang pertama untuk bercerita mengenai pohon itu. Minta anak
menceritakan lebih banyak tentang dirinya dan apa yang dipikirkan mengenai diri
dan lingkungannya. Dalam hal ini konselor perlu mengobservasi dan feedback dimana hal tersebut merupakan hal krusial untuk menolong
anak bercerita.
- Comic strip
1)
Kertas
dengan 3 kotak untuk menggambar
2)
Alat
gambar/pewarna
Langkah-langkah dalam menggunakan comic strip dalam terapi anak yakni:
1)
Untuk
kotak pertama: minta anak menggambar apa yang sedang terjadi saat ini (sumber
masalahnya).
2)
Untuk
kotak kedua: tindakan yang membuat anak terhindar dari masalah tersebut.
3)
Untuk
kotak ketiga: apa yang dapat dilakukan untuk menolongnya agar dapat terhindar
dari masalah yang timbul.
4)
Penekanan:
anak punya pilihan dan segala pilihan pasti ada konsekuensinya masing-masing.
ini sumbernya dari mana yaa? bila ada boleh minta?
BalasHapusini sumbernya dari mana yaa? bila ada boleh minta?
BalasHapusGood thank you
BalasHapus