Selasa, 16 September 2014

KONSELING ANAK SD


Konsep Konseling Anak-Anak
Konseling anak adalah proses yang terjadi antara anak dan seorang konselor yang membantu anak-anak untuk memahami apa yang telah terjadi kepada mereka. Tujuannya adalah untuk membantu anak-anak untuk sembuh dan kembali rasa percaya dirinya. Selama konseling, seorang anak didorong untuk dapat menyatakan perasaan mereka. Pemikiran dan perasaan yang tetap dan tak terungkapkan cenderung menjadi semakin akut dan dapat menimbulkan masalah jangka panjang
Konseling anak menawarkan tempat yang aman untuk berbicara tentang hal-hal yang sulit. Anak-anak sering merasa sulit untuk berbicara dengan pada orang dewasa yang peduli mereka, padahal anak ingin dilindungi oleh orang dewasa. Mereka merasa sudah cukup dianggap bertanggung jawab untuk dewasa dari setiap hal yang dilakukannya. Konseling menawarkan kesempatan untuk melakukan kepercayaan internal dan perasaan eksternal dan karena itu lebih dapat diatur. Konseling dapat memberikan pengertian pada anak-anak bahwa hubungan itu adalah sangat berharga. Dalam konseling, mereka memiliki beberapa kekuasaan dan dapat membuat pilihan atas apa yang ia lakukan. Konseling anak juga dapat memberikan anak suatu hubungan dengan orang dewasa di mana mereka lebih dapat dipercaya.
Proses konseling merupakan proses bantuan yang diberikan oleh profesi konseling kepada individu yang memiliki kesulitan dan dilakukan dengan cara face to face, sehingga individu  yang  mendapatkan  bantuan  tersebut  mendapatkan  kebahagiaan.  Pemberian bantuan  face  to  face  dalam  proses  konseling  tentu  saja  membutuhkan  teknik  dan keterampilan  tertentu  yang  harus  dikuasai.  Keterampilan  yang  dimaksud  adalah keterampilan konseling. 
Dalam  memberikan  konseling  untuk  anak  berbeda  metodenya  dengan  konseling yang  ditujukan  kepada  remaja  ataupun  orang  dewasa.  Kekhasan  atau  keunikan  anak merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penggunaan metode pendekatan konseling. Penguasaan metode yang ditunjang dengan pemahaman tentang dunia anak sesungguhnya akan  mempermudah  kerja  konselor  dan  tujuan  diadakannya  konseling  tersebut  dapat tercapai.
2.1.1 Modal harus dimiliki konselor atau pendidik yang melakukan konseling anak
a.    Modal  Umum. 
Adanya  pemahaman  komprehensif  tentang  konseling  untuk  anak. Konseling untuk  anak adalah proses pemberian bantuan pada anak yang ditujukan untuk membantu anak menyesuaikan diri dengan lingkungan di sekolah. Metode pendekatan yang dilakukan juga hendaknya  juga  berbeda  ketika  berhadapan  dengan  remaja.  Metode  yang  digunakan  tentunya mengikuti berbagai macam tahap proses konseling yang sesuai dengan karakteristik anak. Dalam menjalankan proses konseling, pendidik dan konselor harus mempunyai ide yang jelas sehingga tujuan diadakannya proses konseling tercapai. Pencapaian tujuan selain didasari dengan ide yang matang,  faktor  terpenting  yang  pertama  harus  dibentuk  dengan  baik  adalah  menemukan  cara pendekatan yang tepat dengan anakanak sehingga anak percaya dan hubungan antara guru atau konselor dengan anakanak dapat berjalan baik. Kita tidak dapat menggunakan cara yang sama dalam  menghadapi  anakanak  dengan  remaja  ataupun  orang  dewasa.  Jika  hal  itu  terjadi, kemungkinan  situasi  yang  akan  kita  hadapi  adalah  anak  akan  diam,  mudah  bosan,  ataupun menimbulkan  reaksireaksi  emosi  yang  tidak  diharapkan,  sehingga  apa  yang  diharapkan  dari pertemuan tidaklah tercapai. Hal yang selalu kita sadari bersama bahwa anak-anak mempunyai dunia yang unik dan berbeda dari masa sebelum dan sesudahnya. Masa kanakkanak ini terbentuk dari proses pertumbuhan fisiologis dan psikologis yang terus menerus dalam tahap belajar menuju ke masa selanjutnya.
b.    Modal khusus sebagai konselor anak  haruslah   memiliki:
1)   Pemahaman mendalam tentang dunia anak yang dihadapinya.
2)   Kongruent. Kepribadian  konselor  haruslah  terintegrasi  dengan  baik,  jujur,  konsisten, stabil, dapat beradaptasi, sehingga kepercayaan diri konselor dalam menjalankan proses terapi  dapat  terbentuk.  Kepribadian  ini  akan  memotivasi  timbulnya  pemahaman pemahaman yang baik akan dunia anak, sehingga lingkungan yang dibutuhkan anakanak dapat terbentuk.
3)   Menjaga kedekatan dan hubungan yang baik dengan anakanak.
4)   Adanya penerimaan yang tulus. Hal ini dapat dilihat dari sikap baik verbal maupun non verbal  dalam  menghadapi  anakanak  tanpa  melihat  atau  mendeskriminasi  adanya keterbatasan pada diri anak. Anak perlu mendapatkan penerimaan yang  positif dari konselor/pendidik dengan menghargai anak sebagai individu yang unik. 
5)   Tidak mereaksi anak secara emosional. Berikanlah  sikap kasih sayang yang hangat dan ramah pada anakanak, sehingga anakpun dapat merasakannya.
2.1.2 Hal-hal yang harus ada dalam proses konseling untuk anak
Geldard  and  Geldard  (2008)  memformulasikan  beberapa  atribut  yang  harus  ada  dalam hubungan konselor dan anak dalam menjalankan proses konseling, yaitu:
a.    Adanya kesinambungan antara persepsi konselor dan dunia anakanak. Hal ini dapat dibangun konselor dengan memahami tentang apa dan bagaimana dunia anak, sehingga persepsi dan penghargaan serta sikap yang tidak menghakimi akan keberadaan dunia anak akan terbentuk.
b.    Hubungan  yang  eksklusif.  Konselor  hendaknya  membangun  dan  menjaga  hubungan yang  baik  dengan  anakanak  untuk  membentuk  kepercayaan  pada  diri  anak  pada konselor.
c.    Hubungan yang aman. Konselor berusaha membuat lingkungan kondusif bagi anakanak sehingga ia dapat mengeksresikan emosi dan perasaan mereka dengan bebas. Perasaan aman  dalam  bersikap  dan  bertingkap  laku  dan  menimbulkan  rasa  percaya  kepada konselor. 
d.   Hubungan Autentik. Hubungan yang dibangun adalah hubungan yang dilandasi dengan sikap jujur, terbuka , spontan, dan alamiah. Sikap purapura dapat menghambat jalannya proses konseling.  Sikap  konselor yang demikian akan membawa konselor berinteraksi dan bermain dengan anakanak dengan rasa senang.
e.    Hubungan yang menimbulkan adanya rasa percaya diri pada anak. Ketika bekerjasama dengan anakanak, konselor berusaha mengembangkan suasana yang aman untuk anakanak  dalam  membagi  apa  yang  dipikirkan  dan  dirasakannya.  Konselor  dapat mencoba mencari suasana yang disukai klien.
f.       Hubungan nonintrusif. Konselor jangan menginterupsi dengan apa yang dikatakan dan dilakukan  anak,  sehingga  anak  merasa  terganggu.  Buatlah  suasana  nyaman.  Terlalu membingungkan  anak  bila  menanyakan  pertanyaanpertanyaan  yang  terlalu  banyak dalam satu waktu. Hal ini dikhawatirkan akan menimbulkan perasaan curiga pada diri anak sehingga menimbulkan perasaan takut berbagi.
g.    Hubungan  yang  bertujuan.  Setiap  hal  yang  dilakukan  oleh  konselor  hendaknya bertujuan dengan jelas. Harus disadari bahwa beberapa anak memerlukan waktu yang lama untuk bisa bekerja sama dengan konselor, dan terkadang diiiringi dengan perasaan cemas. Bermain merupakan sarana yang baik untuk mendekatkan diri pada anakanak. Permainan  yang  dipilih  sebaiknya  mendukung  proses  pemecahan  masalah  yang dihadapinya.
2.1.3  Keterampilan yang harus dimiliki selama proses konseling berlangsung
Selama proses konseling dilakukan, ada beberapa ketrampilan konseling yang harus dimiliki oleh  seorang  konselor  atau  pendidik  yang  membantu  anak  dalam  penyelesaian  hambatan  atau masalah pada diri anak, yaitu:
a.    Pendekatannya  menyatu dengan anak (joining with the child)
b.    Mengamati perilaku anak selama konseling (observation) 
c.    Mendengar secara aktif  aktif (active listening)
d.   Menyadari berbagai isu untuk menfasilitasi perubahan (awareness raising and the resolution of issues to facilitate change)
e.    Menyelami apa yang diyakini anak  (dealing with the child’s belief)
f.       Aktif memfasilitasi anak yakni dengan memberi kesempatan anak untuk mengekspresikan apa yang dipikir dan dirasa (actively facilitating).
g.    Mengakhiri dengan kesimpulan (termination)
2.1.4  Faktorfaktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan konseling untuk anak
a.    Usia
Perbedaan  usia  pada  anak  akan  mempengaruhi  berbagai  macam  hal  yang membantu  proses  pelaksanaan  konseling,  misalnya  penerimaan/persepsi  anak  yang masih sederhana berpengaruh pada  bahasa dan metode pendekatan, serta media yang dipakai.
b.    Latar belakang kehidupan anak
Orang tua melalui gaya pengasuhan (hubunganketerdekatan, pola komunikasi, pola kedisiplinan), aturan/norma keluarga, kebiasaan/habituasi dalam keluarga,  status  sosial  ekonomi,  budaya  lingkungan,  tingkat  pendidikan,  bakat  (potensi khusus) dan minat (kesenangan).
c.    Keterbukaan dan kerjasama dari orang tua dalam memberikan informasi merupakan hal penting  untuk melihat perubahan perilaku pada anak.
2.2  Teknik-Teknik Konseling Anak-Anak
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004:119), “pelayanan bimbingan dan konseling dapat ditempuh dengan menggunakan 2 teknik, yaitu teknik individual dan teknik kelompok”.
a.    Teknik Individual
Teknik individual ini dibagi menjadi 3, antara lain:
1)   Directive counseling
Dengan prosedur atau teknik pelayanan bimbingan tertuju pada masalahnya, konselor yang membuka jalan pemecahan masalah yang dihadapi konseli. Tokoh dari aliran ini Williamson menunjukkan alasan bahwa:
a)    Anak yang belum matang mendiagnosis sendiri, sukar memecahkan masalahnya tanpa bantuan dari pihak lain yang berpengalaman.
b)   Anak yang kesulitan, sekalipun sudah diberi petunjuk apa yang harus dilakukan, mereka tidak mau dan tidak berani.
c)    Mungkin ada masalah yang berat untuk dipecahkan oleh anak tanpa bantuan dari orang lain.
2)   Non-directive counseling
Disini konselilah yang mengambil inisiatif dan yang menentukan sendiri apakah dia membutuhkan pertolongan dari orang lain.
3)   Eclective counseling
Pelayanan tidak dipusatkan pada konseli, tetapi masalah yang dihadapi itulah yang harus ditangani secara luwes, sehingga tentang apa yang diperlukan setiap waktu dan dapat diubah kalau memang diperlukan.
b.    Teknik Kelompok (Group Guidance)
Teknik ini banyak dipergunakan dalam membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh beberapa orang murid, dan dapat juga dipergunakan untuk membantu memecahkan masalah-masalah yang dialami oleh seorang individu. Berikut ini ada beberapa teknik dalam bimbingan kelompok, antara lain:
1)   Home room program
Kegiatan bimbingan dilakukan oleh guru bersama murid di dalam ruang kelas di luar jam pelajaran. Kegiatan home room dapat dilakukan secara periodik, misalnya seminggu sekali. Kegiatan home room dapat digunakan sebagai suatu cara dalam bimbingan untuk anak SD, melalui kegiatan ini pembimbing dan murid dapat berdiskusi tentang berbagai aspek sesuai dengan permasalahan yang dialami peserta didik.
2)   Field trip (karya wisata)
Bimbingan karya wisata merupakan cara yang banyak menguntungkan. Dengan karya wisata, murid-murid dapat mengenal dan mengamati secara langsung dari dekat objek situasi yang menarik perhatiannya dan hubungannya dengan pelajaran di sekolah. Dengan karya wisata murid-murid mendapat kesempatan untuk memperoleh penyesuaian dalam kehidupan kelompok, berorganisasi, kerja sama, dan tanggung jawab. Contohnya, anak SD ingin mengetahui bagaimana proses jual beli, maka guru pembimbing dapat mengajak mereka ke pasar.
3)   Diskusi kelompok (group discussion)
Dalam diskusi kelompok sebaiknya dibentuk kelompok-kelompok kecil yang kurang lebih terdiri dari 4 sampai 5 orang. Para peserta didik yang telah bergabung ke dalam kelompok-kelompok kecil itu mendiskusikan bersama permasalahan yang dialaminya. Misalnya kesukaran dalam belajar dan masalah pengisian waktu luang. Beberapa masalah yang hendak didiskusikan hendaknya ditentukan oleh pembimbing itu sendiri, dengan merumuskan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh masing-masing kelompok diskusi.
4)   Kegiatan bersama
Kegiatan bersama merupakan teknik bimbingan yang baik, karena dengan melakukan kegiatan bersama akan mendorong anak saling membantu sehingga relasi sosial positif dapat dikembangkan dengan baik. Kegiatan kelompok yang dapat digunakan misalnya adalah bermain bersama.
5)   Organisasi murid
Kegiatan organisasi siswa misalnya pramuka atau dokter kecil sangat membantu proses pembentukan anak, baik secara pribadi maupun sebagai anggota masyarakat. Kemampuan pribadi dapat dikembangkan dengan baik, kesiapan sebagai anggota kelompok atau masyarakat dapat dikembangkan dengan baik pula.
6)   Sosiodrama
Teknik sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang memberikan kesempatan pada murid-murid untuk mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan seseorang seperti yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Maka dari itu, sosiodrama dipergunakan dalam pemecahan masalah-masalah sosial yang mengganggu peserta didik dengan kegiatan drama sosial.
7)   Upacara
Upacara bendera merupakan kesempatan yang sangat baik bagi anak-anak dalam melatih disiplin, melatih keterampilan, membentuk diri untuk dapat menghormati pahlawan, cinta bangsa dan tanah air. Upacara bendera merupakan rangkaian kegiatan sekolah untuk menanamkan, membina, dan meningkatkan penghayatan serta mengamalkan nilai-nilai dan cita-cita bangsa Indonesia.
8)   Papan bimbingan
Papan bimbingan adalah papan tulis yang dipasang di luar ruang kelas dapat menjadi suatu teknik bimbingan dan menjadi tempat persinggahan murid-murid di waktu senggang. Pada bimbingan tersebut secara berkala dapat dilukiskan atau ditempelkan banyak hal, misalnya pengumuman penting atau peristiwa yang hangat.
2.3 Media Konseling Anak-Anak
Salah satu bantuan yang dapat dilakukan pada institusi sekolah dasar adalah melalui proses konseling yang terstruktur. Konseling untuk anakanak dalam pelaksanaannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan. Konseling anak jelas berbeda dengan konseling pada orang dewasa dalam pelaksanaannya. Konseling pada anak memiliki kekhasan sendiri dalam melakukannya. Menimbang dunia sekolah dasar adalah dunia bermain, sehingga media yang digunakan adalah mediamedia yang sesuai dengan metode pembelajaran pada pendidikan sekolah dasar. Konseling ini tentu saja berbeda dengan metode mendongeng, keterampilan dalam melakukan konseling beserta prosedur konseling dilakukan, seperti mendengarkan secara aktif, dan melakukan kesimpulankesimpulan yang melibatkan anak secara interaktif. Hal ini diperkuat oleh pendapat Geldard dan Geldard (2008) bahwa “praktek konseling dengan anak memiliki pendekatan yang berbeda dibandingkan dengan pendekatan orang dewasa”. Selanjutnya dikemukakan bahwa konseling untuk anak sekolah dasar menggunakan pendekatan berbagai metode pembelajaran pada institusi sekolah dasar tersebut, seperti bercerita dengan menggunakan media gambar-menggambar dan konstruksi. Penggunaan beberapa media dalam konseling anak, antara lain:
a.    Miniatur binatang
1)   Sekumpulan binatang berbagai jenis (binatang buas, ternak, jinak, dinosaurus, binatang peliharaan, dan lain-lain)
2)   Benda-benda pendukung lainnya (misalnya pagar dan lain-lain)
Langkah-langkah penggunaan miniatur binatang dalam terapi anak, antara lain:
1)   Pilihlah binatang yang paling menggambarkan anak
2)   Pilihlah binatang yang mewakili keluarga anak atau sekolahnya
3)   Susunlah binatang itu menurut kedekatan hubungan mereka
4)   Bila ada satu binatang tidak ada (salah satu yang berpengaruh), apa yang terjadi?
5)   Susunlah binatang itu yang membuat semua yang ada di dalamnya merasa lebih bahagia serta akhiri konseling dengan sesuatu yang melegakan/membahagiakan.
b.      Sand tray
1)   Kotak pasir, pasir yang bersih dan berukuran lebih besar
2)   Perlengkapan: benda-benda apa saja (yang akan dijadikan simbol / lambang )
Langkah-Langkah menggunakan sand tray dalam terapi anak:
1)   Kumpulkan informasi penting mengenai apa yang sedang terjadi dalam diri anak (misalnya: perceraian, kematian, dan lain-lain). Observasi cara anak bermain, cara meletakkan lambang, pemilihan lambang, emosinya, raut wajahnya, dan tema selama bermain.
2)   Beri feedback dan gunakan open question untuk memancing anak bercerita lebih banyak mengenai apa yang sedang terjadi dengannya.
3)   Beri dia kesempatan untuk menata mainan (sand tray) tersebut berdasarkan apa yang membuatnya lebih bahagia dibanding dengan apa yang telah terjadi.
c.     Clay
1)   Clay atau malam, tanah liat
2)   Tatakan untuk bermain malam (agar kebersihan tetap terjaga)
3)   Benda-benda pendukung (alat untuk memotong, membentuk, mencetak)
Langkah-langkah menggunakan clay dalam terapi anak diantaranya:
1)   Minta anak berteman dengan clay (dengan meminta mereka melakukan sesuatu seperti membuat bola, memipihkan, membuat ular, melingkarkan ke jari, dan lain sebagainya). Saat anak bermain lakukan observasi dan feedback.
2)   Meminta anak memilih bagian mana dari aktifitas tadi yang disukainya sehingga bagian yang disukai tersebut dapat diperagakan lagi.
3)   Minta dia membuat sesuatu tentang dirinya (bentuk apa saja kecuali bentuk asli manusia).
4)   Coba minta mereka membuat anggota keluarga lain.
5)   Atur berdasarkan kedekatan serta minta dia merefleksi perasaannya.
6)   Minta anak berdiri, pegang clay yang melambangkan perasaannya. Katakan pada clay itu dengan suara keras (saya marah karena...), lempar clay ke bawah (konselor harus tenang supaya situasi lebih terkendali)
7)   Atur posisi anggota keluarga yang membuat semua lebih bahagia.
8)   Tanyakan perasaannya sekarang.
9)   Konfirmasikan pada anak mengenai apakah anak itu sendiri atau konselor yang akan memberitahu orang tua mengenai apa yang perlu orang tua ketahui.
10)    Setelah itu mainan dapat dirapikan.

  1. Fruit tree drawing
1)   Kertas gambar, pensil dan krayon
2)   Kursi dan meja kecil untuk menggambar
Langkah-langkah menggunakan fruit tree drawing dalam terapi anak yakni:
1)   Minta anak menggambar sebuah pohon yang menggambarkan dirinya.
2)   Dialog dengan anak mengenai gambar itu, misalnya mengenai pohon apa itu, apakah hidup sendiri/bersama, bagaimana buahnya, apa yang terjadi dengan pohon itu. Gunakan kata ganti orang pertama untuk bercerita mengenai pohon itu. Minta anak menceritakan lebih banyak tentang dirinya dan apa yang dipikirkan mengenai diri dan lingkungannya. Dalam hal ini konselor perlu  mengobservasi dan feedback dimana hal tersebut merupakan hal krusial untuk menolong anak bercerita.
  1. Comic strip
1)   Kertas dengan 3 kotak untuk menggambar
2)   Alat gambar/pewarna
Langkah-langkah dalam menggunakan comic strip dalam terapi anak yakni:
1)   Untuk kotak pertama: minta anak menggambar apa yang sedang terjadi saat ini (sumber masalahnya).
2)   Untuk kotak kedua: tindakan yang membuat anak terhindar dari masalah tersebut.
3)   Untuk kotak ketiga: apa yang dapat dilakukan untuk menolongnya agar dapat terhindar dari masalah yang timbul.
4)   Penekanan: anak punya pilihan dan segala pilihan pasti ada konsekuensinya masing-masing.

3 komentar: