Rabu, 18 September 2013

Behaviorisme Skinner


BEHAVIORISME
B. F. SKINNER

A. Biografi
Burrhus Frederic Skinner lahir pada tanggal 20 Maret 1904 di kota kecil Susquehanna, Pennsylvania, AS. Ayahnya adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga dengan kepribadian dan kecerdasan yang kuat. Skinner menerima gelar BA-nya dalam bidang bahasa Inggris dari Hamilton College, Negara Bagian New York. Dia bercita-cita menjadi seorang penulis dan berusaha untuk mewujudkan impiannya itu dengan mengirim puisi dan cerita pendek ke beberapa media cetak. Kemudian dia melanjutkan sekolahnya hingga ia meraih gelar master dalam bidang psikologi tahun 1930 dan doktoralnya pada tahun 1931, serta menetap di Harvard sampai tahun 1936 untuk melakukan berbagai penelitian.
Pada tahun 1936, dia pindah ke Minneapolis untuk mengajar di University of Minnesota. Disini ia berkenalan dengan Yvone Blue dan tidak lama kemudian mereka menikah. Mereka dikarunia 2 orang putri. Putrinya yang kedua menjadi sangat terkenal karena dialah anak pertama yang memberi inspirasi berbagai penemuan Skinner, salah satunya adalah kurungan kaca. Pada tahun 1945, dia menjadi pimpinan departemen psikologi di Indiana University. Tahun 1948, dia diminta mengajar di Harvard. Skinner adalah seorang yang sangat aktif mengadakan penelitian dan membimbing ratusan kandidat doctor serta menulis banyak buku. Ia berhasil menjadi salah satu penulis buku psikologi terbaik, termasuk buku Walden II, yaitu sebuah buku fiksi yang menjelaskan perilaku sebuah komunitas berdasarkan perspektif behavioris. Pada tanggal 18 Agustus 1990, B. F. Skinner meninggal dunia akibat leukemia.
B. Asumsi Dasar
            Skinner bekerja dalam teorinya dengan menggunakan 3 asumsi dasar, antara lain:
1.      Tingkahlaku itu mengikuti hukum tertentu. Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan, menunjukkan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan peristiwa lain.
2.      Tingkahlaku itu dapat diramalkan. Ilmu itu bukan hanya menjelaskan namun juga dapat meramalkan masa yang akan datang. Suatu teori yang berguna adalah teori yang memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkahlaku yang akan datang dan menguji prediksi itu.
3.      Tingkahlaku dapat dikontrol. Skinner bukan hanya ingin tahu bagaimana terjadinya tingkahlaku, tetapi ia sangat berkeinginan memanipulasinya.
Skinner menganggap, bahwa kemampuan memanipulasi kehidupan dan tingkahlaku manusia, keberhasilan mengontrol kejadian atau tingkahlaku manusia merupakan bukti kebenaran dari suatu teori. Skinner yakin bahwa manusia telah merusak dunia yang ditinggalinya dengan memakai ilmu dan teknologi dalam memecahkan masalahnya, sehingga tingkahlaku manusia itu perlu dikontrol.
Skinner memahami dan mengontrol tingkahlaku dengan memakai teknik analisis fungsional tingkahlaku, yaitu suatu analisis tingkahlaku dalam bentuk hubungan sebab akibat, serta bagaimana suatu respon dapat timbul mengikuti stimuli atau kondisi tertentu. Menurutnya, analisis fungsional akan menyingkap bahwa penyebab terjadinya tingkahlaku sebagian besar berada di lingkungan.
C. Struktur Kepribadian
          Menurut Skinner, unsur kepribadian yang dipandangnya relatif tetap adalah tingkahlaku itu sendiri. Ada 2 klasifikasi tingkahlaku menurut Skinner, yaitu:
1.    Tingkahlaku responden, respon yang dihasilkan organisme untuk menjawab stimulus secara spesifik yang berhubungan dengan respon itu. Contohnya adalah respon air liur ketika kita melihat makanan yang lezat.
2.    Tingkahlaku operan, respon yang dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa terjadinya respon tersebut. Organisme akan dihadapkan pada pilihan-pilihan respon mana yang akan dipakainya untuk menanggapi suatu stimulus. Keputusan respon mana yang akan dipilih tergantung pada efeknya terhadap lingkungan atau konsekuensi yang mengikuti respon tersebut.
D. Dinamika Kepribadian
1.    Kepribadian dan belajar
Hakekat teori Skinner adalah teori belajar, bagaimana individu menjadi memiliki tingkahlaku yang baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Suatu cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkahlaku adalah dengan reinforcement (penguatan), suatu strategi kegiatan yang membuat tingkahlaku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya pada masa yang akan datang.
2.    Kondisioning klasik
Kondisioning klasik disebut juga dengan kondisioning responden, karena tingkahlaku dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus respon yang bersifat refleks bawaan. Suatu stimulus yang memunculkan respon tertentu dioperasikan berpasangan dengan stimulus lain pada saat yang sama untuk memunculkan respon refleks. Stimulus lain itu dikondisikan agar memunculkan respon refleks yang dimaksud.
3.    Kondisioning operan
Kondisioning operan mula-mula dikembangkan oleh E.L. Thorndike. Reinfoser tidak diasosiasikan dengan stimulus yang dikondisikan, tetapi diasosiasikan dengan respon karena respon itu sendiri beroperasi memberikan reinforsemen. Skinner menyebut respon itu sebagai tingkah laku operan. Tingkahlaku responden adalah tingkahlaku otomatis atau refleks, yang dalam kondisioning klasik respon itu diusahakan dapat dimunculkan dalam situasu yang lain dengan situasi aslinya. Respon operan itu mendapat penguatan yang berupa suatu hadiah, sehingga berpeluang untuk lebih sering terjadi. Kondisioning operan tidak tergantung kepada tingkahlaku otomatis atau refleks, sehingga akan jauh lebih fleksibel dibanding dengan kondisioning klasik.
4.    Pengaturan penguatan
Penguatan (reinforcement) bisa bersifat positif ataupun negatif. Penguat positif adalah peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkahlaku yang dikehendaki berpeluang untuk diulangi dan terjadi lagi. Sedangkan penguat negatif adalah peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkahlaku yang dikehendaki atau peluang tingkahlaku itu untuk diulang lebih kecil. Berikut ini adalah pengaturan pemberian penguatan, antara lain:
a)    Penguat berkelanjutan, setiap kali muncul tingkahlaku yang dikehendaki diberikan penguatan. Apabila penguatan dihentikan, maka tingkahlaku yang dikehendaki itu dapat dengan cepat mengalami ekstinsi atau hilang.
b)   Interval tetap, pemberian penguatan dilakukan berselang teratur.
c)    Interval berubah, memberi penguatan dalam waktu yang tidak tentu, tetapi jumlah atau rata-rata penguat yang diberikan sama dengan pengaturan tetap.
d)   Perbandingan tetap, mengartur pemberian penguatan sesudah respon yang dikehendaki itu muncul yang kesekian kalinya.
e)    Perbandingan berubah, pemberian penguatan secara acak dengan rata-rata yang sama dengan fixed ratio.
Tingkahlaku yang tidak dikehendaki dapat diperkuat tanpa disengaja, kuncinya adalah pada kesatuan penguatan dan bukan pada maksud untuk memberi penguatan. Penguatan yang langsung dapat dinikmati untuk memenuhi kebutuhan adalah penguat primer.
5.    Generalisasi dan diskriminasi
Generaliasi stimulus adalah proses timbulnya respon dari stimulus yang mirip dengan stimulus yang semestinya menimbulkan respon itu. Sedangkan diskriminasi stimulus adalah kemampuan untuk membedakan stimulus, sehingga stimulus itu tidak diberi respon.
6.    Tingkahlaku kontrol diri
Pengertian kontrol diri ini bukan mengontrol kekuatan di dalam diri, tetapi bagaimana diri dapat mengontrol variabel-variabel luar yang menentukan tingkah laku. Pengaruh-pengaruh variabel itu dapat dikontrol dengan hal-hal dibawah ini, antara lain:
a)    Memindah atau menghindar, menghindar dari situasi pengaruh atau menjauhkan situasi pengaruh sehingga tidak lagi diterima sebagai stimulus.
b)   Penjenuhan, membuat diri jenuh dengan suatu tingkahlaku sehingga tidak lagi bersedia melakukannya.
c)    Stimuli yang tidak disukai, menciptakan stimulus yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan bersamaan dengan stimulus yang ingin dikontrol.
d)   Memperkuat diri, pemberian penguatan kepada diri sendiri terhadap prestasi dirinya. Kebalikan dari memperkuat diri adalah dengan menghukum diri.
e)    Tingkahlaku takhyul, suatu respon dapat berhubungan dengan penguatnya secara kebetulan tanpa menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas. Walaupun respon itu tidak nyata-nyata menghasilkan penguatan yang dimaksud, namun ternyata hubungannya sangat kuat. Tingkahlaku semacam itu diesbut dengan tingkahlaku takhyul. Tingkahlaku takhyul dapat ditemui pada masyarakat yang primitif, tetapi ada pula yang ditemukan dalam masyarakat moden.
E. Perkembangan Kepribadian
            Menurut Skinner pengaruh eksternal dari individu itulah yang akan lebih dominan dalam membentuk tingkahlaku.
1.    Tingkahlaku sosial
Individu itu berinteraksi dengan lingkungannya yang dapat menimbulkan suatu penguatan yang positif ataupun negatif dari tingkahlakunya. Respon sosial dan penguatnya terkadang sukar untuk diidentifikasi dibanding dengan nonsosial, tetapi prinsip hukum dasar tingkahlaku yang berlaku itu sama. Menurut Skinner, ketika seseorang berinteraksi dengan orang lain, maka orang itu akan memperoleh penguatan untuk melakukan tingkahlaku yang dominan. Respon-respon itu muncul bersama-sama karena mereka menimbulkan akibat sosial yang sama.
2.    Ketuaan
Menjadi tua akan menimbulkan perubahan dalam tingkahlaku, tetapi menurut Skinner bukan berkembang, karena perkembangan itu adalah mengungkap struktur yang laten, menyadari potensi dalam, menjadi lebih efektif, sedangkan saat seseorang menjadi tua biasanya perkembangan akan menjadi kurang efektif. Perubahan tingkah laku tidak dapat ditolak, sehingga yang diperlukan adalah mengkompensasinya agar tingkah laku tetap efektif. Menurut Skinner, usia tua bukanlah kekurangan motivasi tetapi merupakan kekurangan penguatan karen lingkungan yang berubah.
F. Aplikasi
1.    Tingkahlaku abnormal
Skinner berpendapat bahwa tingkahlaku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan perkembangan tingkahlaku normal. Kelainan tingkahlaku abnormal adalah kegagalan belajar yang membuat seperangkat respon yang tepat. Kegagalan belajar itu dapat berupa:
a)    Kekurangan tingkahlaku, tidak memiliki repertoir respon yang dikehendaki karena miskin penguatan.
b)   Kesalahan penguatan, pilihan responnya tepat, tetapi penguatan yang diterima secara tidak benar sehingga organisme cenderung memakai respon yang tidak dikehendaki.
c)    Kesalahan memahami stimulus, sering terjadi pada penderita skizofrenik dan psikotik lainnya, yakni orang yang gagal memilah tanda-tanda yang ada pada stimulus, sehingga stimulus yang benar akan dihubungkan dengan hukuman dan yang salah akan dihubungkan dengan penguatan. Sebagai akibatnya akan terbentuk tingkah laku yang tidak dikehendaki.
d)   Merespon secara salah, terkait dengan ketidakmampuan mengenali tanda-tanda spesifik dari suatu stimulus, sehingga orang akhirnya akan mengembangkan respon yang salah karena justru respon itu yang akan mendapat penguatan.
Tingkahlaku abnormal harus dapat dipahami melalui sejarah penguatan yang diterima oleh seseorang. Tingkahlaku abnormal itu dapat diganti dengan cara yang sederhana, yakni dengan memanipulasi penguatan lingkungan, mengikuti kondisioning operan, dan kondisioning responden.
2.    Modifikasi tingkahlaku
Modifikasi tingkah laku sering juga disebut dengan b-mod, adalah teknik terapi yang didasarkan pada karya-karya Skinner. Cara kerjanya sederhana yaitu dengan menghentikan tingkahlaku yang tidak diingini dan menggantinya dengan tingkahlaku yang dihasrati dengan penguatan. Teknik ini telah digunakan dalam semua jenis persoalan psikologis, seperti kecanduan, neurosis, sifat pemalu, autis, bahkan skizofrenia, dan akan lebih efektif jika ditujukan pada anak-anak. Berikut ini adalah beberapa teknik yang dikemukakan oleh Skinner dalam memodifikasi tingkahlaku seseorang, yaitu:
a)    Pembanjiran, yakni membanjiri klien dengan situasi atau penyebab yang menimbulkan kecemasan atau tingkahlaku yang tidak dikehendaki sampai pada saat individu yang bersangkutan menyadari bahwa malapetaka yang dicemaskannya tidak akan terjadi lagi. Pembanjiran harus dilakukan dengan sangat berhati-hati karena reaksi emosi yang sangat tinggi bisa menimbulkan akibat tertentu. Namun dampak dari pembanjiran ini sangat luar biasa. Penjenuhan adalah varian pembanjiran yang dipakai organisme untuk mengontrol tingkahlakunya sendiri.
b)   Terapi aversi, pada terapi aversi pengaturan kondisi aversi diciptakan oleh terapis. Misalnya remaja yang sedang berkelahi ditunjukkannya foto teman yang sedang mengalami kesakitan. Terapi aversi biasanya hanya bermanfaat sementara.
c)    Pemberian hadiah atau hukuman secara selektif, strategi terapi ini untuk memperbaiki tingkahlaku anak dengan melibatkan figure disekeliling anak sehari-hari, khususnya orang tua dan guru. Tingkahlaku dan bentuk hadiah atau hukuman direncanakan secara teliti dan dipilih yang akan memberi dampak efektif.
d)   Latihan keterampilan sosial, banyak dipakai untuk membantu penderita depresi. Dalam hal ini penderita diajarkan teknik-teknik khusus dalam berinteraksi sosial.
e)    Kartu berharga, hadiah dalam bentuk kartu berharga diberikan kepada klien setiap kali klien memunculkan tingkahlaku yang dikehendaki, mislanya makan sendiri. Pemberian penguatan diatur dalam interval atau rasio, dan bisa divariasikan dengan memberi hukuman yakni mengambil kartu yang sudah dimiliki klien kalau dia melakukan kesalahan. Sesudah kartu di tangan klien mencapai pada jumlah tertentu, maka dapat ditukar dengan penguatan primer yang disukainya.
f)     Efek obat-obatan terhadap tingkahlaku, Skinner box merupakan alat isolasi yang efisien, sehingga alat ini pas untuk meneliti pengaruh farmakologi terhadap tingkahlaku. Gambaran efek dari suatu obat menjadi sangat kompleks karena efeknya yang berbeda-beda pada tingkat dosis yang berlainan. Pada dosis yang sangat ringan, efeknya justru akan meningkatkan respon. Dengan memakai Skinner box dapat diteliti kompleksitas itu secara akurat.

DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. 2012. Psikologi Kepribadian (Edisi Revisi). Malang: UMM Press.
Boeree, C George. 2005. Personality Theories. Yogyakarta: Prismasophie.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar