BEHAVIORISME
B.
F. SKINNER
A. Biografi
Burrhus Frederic Skinner lahir pada
tanggal 20 Maret 1904 di kota kecil Susquehanna, Pennsylvania, AS. Ayahnya
adalah seorang pengacara dan ibunya adalah seorang ibu rumah tangga dengan
kepribadian dan kecerdasan yang kuat. Skinner menerima gelar BA-nya dalam
bidang bahasa Inggris dari Hamilton College, Negara Bagian New York. Dia
bercita-cita menjadi seorang penulis dan berusaha untuk mewujudkan impiannya
itu dengan mengirim puisi dan cerita pendek ke beberapa media cetak. Kemudian
dia melanjutkan sekolahnya hingga ia meraih gelar master dalam bidang psikologi
tahun 1930 dan doktoralnya pada tahun 1931, serta menetap di Harvard sampai
tahun 1936 untuk melakukan berbagai penelitian.
Pada tahun 1936, dia pindah ke
Minneapolis untuk mengajar di University of Minnesota. Disini ia berkenalan
dengan Yvone Blue dan tidak lama kemudian mereka menikah. Mereka dikarunia 2
orang putri. Putrinya yang kedua menjadi sangat terkenal karena dialah anak
pertama yang memberi inspirasi berbagai penemuan Skinner, salah satunya adalah
kurungan kaca. Pada tahun 1945, dia menjadi pimpinan departemen psikologi di
Indiana University. Tahun 1948, dia diminta mengajar di Harvard. Skinner adalah
seorang yang sangat aktif mengadakan penelitian dan membimbing ratusan kandidat
doctor serta menulis banyak buku. Ia berhasil menjadi salah satu penulis buku
psikologi terbaik, termasuk buku Walden II, yaitu sebuah buku fiksi yang
menjelaskan perilaku sebuah komunitas berdasarkan perspektif behavioris. Pada
tanggal 18 Agustus 1990, B. F. Skinner meninggal dunia akibat leukemia.
B.
Asumsi Dasar
Skinner bekerja dalam teorinya
dengan menggunakan 3 asumsi dasar, antara lain:
1. Tingkahlaku
itu mengikuti hukum tertentu. Ilmu adalah usaha untuk menemukan keteraturan,
menunjukkan bahwa peristiwa tertentu berhubungan secara teratur dengan
peristiwa lain.
2. Tingkahlaku
itu dapat diramalkan. Ilmu itu bukan hanya menjelaskan namun juga dapat
meramalkan masa yang akan datang. Suatu teori yang berguna adalah teori yang
memungkinkan dapat dilakukannya prediksi mengenai tingkahlaku yang akan datang
dan menguji prediksi itu.
3. Tingkahlaku
dapat dikontrol. Skinner bukan hanya ingin tahu bagaimana terjadinya tingkahlaku,
tetapi ia sangat berkeinginan memanipulasinya.
Skinner
menganggap, bahwa kemampuan memanipulasi kehidupan dan tingkahlaku manusia,
keberhasilan mengontrol kejadian atau tingkahlaku manusia merupakan bukti
kebenaran dari suatu teori. Skinner yakin bahwa manusia telah merusak dunia
yang ditinggalinya dengan memakai ilmu dan teknologi dalam memecahkan
masalahnya, sehingga tingkahlaku manusia itu perlu dikontrol.
Skinner memahami
dan mengontrol tingkahlaku dengan memakai teknik analisis fungsional tingkahlaku,
yaitu suatu analisis tingkahlaku dalam bentuk hubungan sebab akibat, serta
bagaimana suatu respon dapat timbul mengikuti stimuli atau kondisi tertentu.
Menurutnya, analisis fungsional akan menyingkap bahwa penyebab terjadinya
tingkahlaku sebagian besar berada di lingkungan.
C. Struktur Kepribadian
Menurut Skinner,
unsur kepribadian yang dipandangnya relatif tetap adalah tingkahlaku itu sendiri.
Ada 2 klasifikasi tingkahlaku menurut Skinner, yaitu:
1. Tingkahlaku
responden, respon yang dihasilkan organisme untuk menjawab stimulus secara
spesifik yang berhubungan dengan respon itu. Contohnya adalah respon air liur
ketika kita melihat makanan yang lezat.
2. Tingkahlaku
operan, respon yang dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang
langsung memaksa terjadinya respon tersebut. Organisme akan dihadapkan pada
pilihan-pilihan respon mana yang akan dipakainya untuk menanggapi suatu
stimulus. Keputusan respon mana yang akan dipilih tergantung pada efeknya
terhadap lingkungan atau konsekuensi yang mengikuti respon tersebut.
D. Dinamika Kepribadian
1. Kepribadian
dan belajar
Hakekat teori Skinner
adalah teori belajar, bagaimana individu menjadi memiliki tingkahlaku yang
baru, menjadi lebih terampil, menjadi lebih tahu. Suatu cara yang efektif untuk
mengubah dan mengontrol tingkahlaku adalah dengan reinforcement (penguatan), suatu strategi kegiatan yang membuat
tingkahlaku tertentu berpeluang untuk terjadi atau sebaliknya pada masa yang
akan datang.
2. Kondisioning
klasik
Kondisioning klasik
disebut juga dengan kondisioning responden, karena tingkahlaku dipelajari
dengan memanfaatkan hubungan stimulus respon yang bersifat refleks bawaan.
Suatu stimulus yang memunculkan respon tertentu dioperasikan berpasangan dengan
stimulus lain pada saat yang sama untuk memunculkan respon refleks. Stimulus
lain itu dikondisikan agar memunculkan respon refleks yang dimaksud.
3. Kondisioning
operan
Kondisioning operan
mula-mula dikembangkan oleh E.L. Thorndike. Reinfoser tidak diasosiasikan
dengan stimulus yang dikondisikan, tetapi diasosiasikan dengan respon karena
respon itu sendiri beroperasi memberikan reinforsemen. Skinner menyebut respon
itu sebagai tingkah laku operan. Tingkahlaku responden adalah tingkahlaku
otomatis atau refleks, yang dalam kondisioning klasik respon itu diusahakan
dapat dimunculkan dalam situasu yang lain dengan situasi aslinya. Respon operan
itu mendapat penguatan yang berupa suatu hadiah, sehingga berpeluang untuk
lebih sering terjadi. Kondisioning operan tidak tergantung kepada tingkahlaku
otomatis atau refleks, sehingga akan jauh lebih fleksibel dibanding dengan
kondisioning klasik.
4. Pengaturan
penguatan
Penguatan (reinforcement) bisa bersifat positif
ataupun negatif. Penguat positif adalah peristiwa atau sesuatu yang membuat
tingkahlaku yang dikehendaki berpeluang untuk diulangi dan terjadi lagi.
Sedangkan penguat negatif adalah peristiwa atau sesuatu yang membuat tingkahlaku
yang dikehendaki atau peluang tingkahlaku itu untuk diulang lebih kecil.
Berikut ini adalah pengaturan pemberian penguatan, antara lain:
a) Penguat
berkelanjutan, setiap kali muncul tingkahlaku yang dikehendaki diberikan
penguatan. Apabila penguatan dihentikan, maka tingkahlaku yang dikehendaki itu
dapat dengan cepat mengalami ekstinsi atau hilang.
b) Interval
tetap, pemberian penguatan dilakukan berselang teratur.
c) Interval
berubah, memberi penguatan dalam waktu yang tidak tentu, tetapi jumlah atau
rata-rata penguat yang diberikan sama dengan pengaturan tetap.
d) Perbandingan
tetap, mengartur pemberian penguatan sesudah respon yang dikehendaki itu muncul
yang kesekian kalinya.
e) Perbandingan
berubah, pemberian penguatan secara acak dengan rata-rata yang sama dengan fixed ratio.
Tingkahlaku
yang tidak dikehendaki dapat diperkuat tanpa disengaja, kuncinya adalah pada
kesatuan penguatan dan bukan pada maksud untuk memberi penguatan. Penguatan
yang langsung dapat dinikmati untuk memenuhi kebutuhan adalah penguat primer.
5. Generalisasi
dan diskriminasi
Generaliasi stimulus
adalah proses timbulnya respon dari stimulus yang mirip dengan stimulus yang
semestinya menimbulkan respon itu. Sedangkan diskriminasi stimulus adalah
kemampuan untuk membedakan stimulus, sehingga stimulus itu tidak diberi respon.
6. Tingkahlaku
kontrol diri
Pengertian kontrol diri
ini bukan mengontrol kekuatan di dalam diri, tetapi bagaimana diri dapat
mengontrol variabel-variabel luar yang menentukan tingkah laku.
Pengaruh-pengaruh variabel itu dapat dikontrol dengan hal-hal dibawah ini,
antara lain:
a) Memindah
atau menghindar, menghindar dari situasi pengaruh atau menjauhkan situasi
pengaruh sehingga tidak lagi diterima sebagai stimulus.
b) Penjenuhan,
membuat diri jenuh dengan suatu tingkahlaku sehingga tidak lagi bersedia
melakukannya.
c) Stimuli
yang tidak disukai, menciptakan stimulus yang tidak menyenangkan yang
ditimbulkan bersamaan dengan stimulus yang ingin dikontrol.
d) Memperkuat
diri, pemberian penguatan kepada diri sendiri terhadap prestasi dirinya.
Kebalikan dari memperkuat diri adalah dengan menghukum diri.
e) Tingkahlaku
takhyul, suatu respon dapat berhubungan dengan penguatnya secara kebetulan
tanpa menunjukkan hubungan sebab akibat yang jelas. Walaupun respon itu tidak
nyata-nyata menghasilkan penguatan yang dimaksud, namun ternyata hubungannya
sangat kuat. Tingkahlaku semacam itu diesbut dengan tingkahlaku takhyul.
Tingkahlaku takhyul dapat ditemui pada masyarakat yang primitif, tetapi ada
pula yang ditemukan dalam masyarakat moden.
E. Perkembangan Kepribadian
Menurut
Skinner pengaruh eksternal dari individu itulah yang akan lebih dominan dalam
membentuk tingkahlaku.
1. Tingkahlaku
sosial
Individu itu
berinteraksi dengan lingkungannya yang dapat menimbulkan suatu penguatan yang
positif ataupun negatif dari tingkahlakunya. Respon sosial dan penguatnya
terkadang sukar untuk diidentifikasi dibanding dengan nonsosial, tetapi prinsip
hukum dasar tingkahlaku yang berlaku itu sama. Menurut Skinner, ketika
seseorang berinteraksi dengan orang lain, maka orang itu akan memperoleh penguatan
untuk melakukan tingkahlaku yang dominan. Respon-respon itu muncul bersama-sama
karena mereka menimbulkan akibat sosial yang sama.
2. Ketuaan
Menjadi tua akan menimbulkan
perubahan dalam tingkahlaku, tetapi menurut Skinner bukan berkembang, karena
perkembangan itu adalah mengungkap struktur yang laten, menyadari potensi
dalam, menjadi lebih efektif, sedangkan saat seseorang menjadi tua biasanya
perkembangan akan menjadi kurang efektif. Perubahan tingkah laku tidak dapat
ditolak, sehingga yang diperlukan adalah mengkompensasinya agar tingkah laku
tetap efektif. Menurut Skinner, usia tua bukanlah kekurangan motivasi tetapi
merupakan kekurangan penguatan karen lingkungan yang berubah.
F. Aplikasi
1. Tingkahlaku
abnormal
Skinner berpendapat
bahwa tingkahlaku abnormal berkembang dengan prinsip yang sama dengan
perkembangan tingkahlaku normal. Kelainan tingkahlaku abnormal adalah kegagalan
belajar yang membuat seperangkat respon yang tepat. Kegagalan belajar itu dapat
berupa:
a) Kekurangan
tingkahlaku, tidak memiliki repertoir respon yang dikehendaki karena miskin
penguatan.
b) Kesalahan
penguatan, pilihan responnya tepat, tetapi penguatan yang diterima secara tidak
benar sehingga organisme cenderung memakai respon yang tidak dikehendaki.
c) Kesalahan
memahami stimulus, sering terjadi pada penderita skizofrenik dan psikotik
lainnya, yakni orang yang gagal memilah tanda-tanda yang ada pada stimulus,
sehingga stimulus yang benar akan dihubungkan dengan hukuman dan yang salah
akan dihubungkan dengan penguatan. Sebagai akibatnya akan terbentuk tingkah
laku yang tidak dikehendaki.
d) Merespon
secara salah, terkait dengan ketidakmampuan mengenali tanda-tanda spesifik dari
suatu stimulus, sehingga orang akhirnya akan mengembangkan respon yang salah
karena justru respon itu yang akan mendapat penguatan.
Tingkahlaku
abnormal harus dapat dipahami melalui sejarah penguatan yang diterima oleh
seseorang. Tingkahlaku abnormal itu dapat diganti dengan cara yang sederhana,
yakni dengan memanipulasi penguatan lingkungan, mengikuti kondisioning operan,
dan kondisioning responden.
2.
Modifikasi tingkahlaku
Modifikasi
tingkah laku sering juga disebut dengan b-mod, adalah teknik terapi yang
didasarkan pada karya-karya Skinner. Cara kerjanya sederhana yaitu dengan
menghentikan tingkahlaku yang tidak diingini dan menggantinya dengan
tingkahlaku yang dihasrati dengan penguatan. Teknik ini telah digunakan dalam
semua jenis persoalan psikologis, seperti kecanduan, neurosis, sifat pemalu,
autis, bahkan skizofrenia, dan akan lebih efektif jika ditujukan pada
anak-anak. Berikut ini adalah beberapa teknik yang dikemukakan oleh Skinner
dalam memodifikasi tingkahlaku seseorang, yaitu:
a)
Pembanjiran, yakni membanjiri klien
dengan situasi atau penyebab yang menimbulkan kecemasan atau tingkahlaku yang
tidak dikehendaki sampai pada saat individu yang bersangkutan menyadari bahwa
malapetaka yang dicemaskannya tidak akan terjadi lagi. Pembanjiran harus
dilakukan dengan sangat berhati-hati karena reaksi emosi yang sangat tinggi
bisa menimbulkan akibat tertentu. Namun dampak dari pembanjiran ini sangat luar
biasa. Penjenuhan adalah varian pembanjiran yang dipakai organisme untuk
mengontrol tingkahlakunya sendiri.
b)
Terapi aversi, pada terapi aversi
pengaturan kondisi aversi diciptakan oleh terapis. Misalnya remaja yang sedang
berkelahi ditunjukkannya foto teman yang sedang mengalami kesakitan. Terapi
aversi biasanya hanya bermanfaat sementara.
c)
Pemberian hadiah atau hukuman secara
selektif, strategi terapi ini untuk memperbaiki tingkahlaku anak dengan
melibatkan figure disekeliling anak sehari-hari, khususnya orang tua dan guru.
Tingkahlaku dan bentuk hadiah atau hukuman direncanakan secara teliti dan dipilih
yang akan memberi dampak efektif.
d)
Latihan keterampilan sosial, banyak
dipakai untuk membantu penderita depresi. Dalam hal ini penderita diajarkan
teknik-teknik khusus dalam berinteraksi sosial.
e)
Kartu berharga, hadiah dalam bentuk
kartu berharga diberikan kepada klien setiap kali klien memunculkan tingkahlaku
yang dikehendaki, mislanya makan sendiri. Pemberian penguatan diatur dalam
interval atau rasio, dan bisa divariasikan dengan memberi hukuman yakni
mengambil kartu yang sudah dimiliki klien kalau dia melakukan kesalahan.
Sesudah kartu di tangan klien mencapai pada jumlah tertentu, maka dapat ditukar
dengan penguatan primer yang disukainya.
f)
Efek obat-obatan terhadap tingkahlaku,
Skinner box merupakan alat isolasi yang efisien, sehingga alat ini pas untuk
meneliti pengaruh farmakologi terhadap tingkahlaku. Gambaran efek dari suatu
obat menjadi sangat kompleks karena efeknya yang berbeda-beda pada tingkat
dosis yang berlainan. Pada dosis yang sangat ringan, efeknya justru akan
meningkatkan respon. Dengan memakai Skinner box dapat diteliti kompleksitas itu
secara akurat.
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol.
2012. Psikologi Kepribadian (Edisi
Revisi). Malang: UMM Press.
Boeree,
C George. 2005. Personality Theories.
Yogyakarta: Prismasophie.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar